Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Tugu Kuliki dan Latsitardanus, Apa Pentingnya Sebuah Prasasti?

Diperbarui: 29 Desember 2018   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KONTINGEN LATSITARDANUS XXV TH. 2004-STPDN, SATLAT HIU (dokpri)

Dikutip dari laman wikipedia, bahwa prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, di mana masyarakatnya sudah mengenal tulisan.

Di antara berbagai sumber sejarah kuno Indonesia, seperti naskah dan berita asing, prasasti dianggap sumber terpenting karena mampu memberikan kronologis suatu peristiwa. Ada banyak hal yang membuat suatu prasasti sangat menguntungkan dunia penelitian masa lampau. 

Selain mengandung unsur penanggalan, prasasti juga mengungkap sejumlah nama dan alasan mengapa prasasti tersebut dikeluarkan.

Dalam pengertian modern di Indonesia, prasasti sering dikaitkan dengan tulisan di batu nisan atau di gedung, terutama pada saat peletakan batu pertama atau peresmian suatu proyek pembangunan. 

Dalam berita-berita media massa, misalnya, kita sering mendengar presiden, wakil presiden, menteri, atau kepala daerah meresmikan gedung A, gedung B, dan seterusnya dengan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti. Dengan demikian istilah prasasti tetap lestari hingga sekarang.

Dari tulisan pada prasasti di "Tugu Kuliki", tapal batas Kabupaten Karo dengan Kabupaten Langkat ini, saya jadi tahu salah satu bagian kronologi yang penting terkait pembukaan jalan tembus yang menghubungkan dua kabupaten bertetangga yang terikat baik secara kultur, historis dan geografis di Sumatera Utara ini. 

Salah satunya bahwa jalan tembus ini merupakan hasil karya bhakti Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) VIII Tahun 1987. Prasastinya ditandatangani oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada masa itu, L.B. Moerdani, tertanggal 26-06-1987.

Prasasti

Latsitardanus merupakan sebuah latihan integrasi para taruna, praja dan mahasiswa tingkat akhir, yang terdiri dari para taruna Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, Akademi Kepolisian, Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (dulu Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri), serta para Mahasiswa terpilih.

Kegiatan-kegiatan pada Latsitardanus difokuskan pada kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan bersifat fisik seperti kegiatan karya bhakti pembangunan jalan, pembersihan saluran air dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. 

Sementara itu, kegiatan nonfisik seperti sosialisasi, penyuluhan, promosi dan kegiatan lainnya dalam upaya meningkatan sumber daya manusia masyarakat.

Terkait dengan keberadaan "Tugu Kuliki" pada tapal batas jalan tembus ini, analisanya adalah bahwa karya bhakti Latsitardanus VIII pada lokasi jalan tembus ini merupakan fokus lokasi program karya bhakti Satuan Latihan (Satlat) Elang, yang dimotori oleh satuan matra udara. Oleh karena itu, dibuatlah tugu prasasti berupa seekor burung elang yang membentangkan sayap. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline