Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Sapta Siaga, Misteri Biola Kuno

Diperbarui: 25 November 2018   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapta Siaga: Misteri Biola Kuno (dokpri)

Sebuah cerita pada novel detektif anak-anak yang ditulis oleh Enid Blyton berjudul asli "Puzzle for the Secret Seven", dialihbahasakan ke Bahasa Indonesia menjadi "Sapta Siaga: Misteri Biola Kuno", diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 1981.

Sapta siaga adalah perkumpulan detektif cilik beranggotakan Peter, Janet, Pam, Colin, George, Jack, Barbara dan seekor anjing Spanil bernama Skippy.

Kisah tentang Benny menjadi inti pengajaran moral pada novel ini. Dibumbui kisah petualangan seru ketujuh anggota Sapta Siaga bersama Skippy, cerita ini bermula dari kejadian saat pulang menonton pekan raya, melihat sebuah rumah terbakar di bukit, pakaian orang-orangan penjaga ladang milik keluarga Peter hilang, sebuah biola tua dicuri dari toko barang antik, hingga penemuan keajaiban Benny dibalik perangainya yang aneh.

Benny adalah seorang anak lelaki kecil pemalu berumur 8 tahun, dengan perawakan lebih kecil dari anak seusianya. Ia tidak bersekolah dan cenderung asosial. Benny adalah anak dari pasangan Tuan Luke Bolan dan Nyonya Bolan yang memiliki seorang lagi bayi perempuan, adik Benny.

Tuan Luke bekerja sebagai tenaga pembantu di pasar malam yang selalu berpindah-pindah, sedangkan istrinya Nyonya Bolan sesekali ikut berjualan roti jahe di pasar malam apabila pasar malam kebetulan mampir dekat tempat tinggal mereka.

Kalau tidak lagi berjualan roti jahe di pasar malam, sehari-harinya Nyonya Bolan membantu pekerjaan rumah orang-orang desa sambil membawa bayinya untuk mencari nafkah. Keluarga ini tinggal disebuah gubuk tua yang tidak nyaman, dingin dan berangin di sebuah lereng bukit, Hilly-Down, di Inggris.

Pada suatu senja, saat Nyonya Bolan sambil membawa bayi perempuannya, berjualan roti jahe di arena pasar malam pada lembah di balik sisi lain bukit, gubuk tuanya terbakar. Begitu mendengar kejadiannya tentu saja ia sangat panik dan bergegas pulang, bukan karena takut harta bendanya terbakar, tetapi karena Benny ditinggal sendiri di rumah.

Benny Sayang, Benny yang Malang...

Begitulah, Benny malang yang tidak bersekolah rupanya sering ditinggal sendiri di rumah. Benny yang perangainya tak wajar, akan segera bersembunyi setiap kali bertemu orang lain. Kondisinya membuatnya lebih sering ditinggal sendiri di rumah.

Untunglah, senja sore itu Benny selamat dari kebakaran. Ia segera berlari dari balik semak tempat persembunyiannya ketika mendengar ibunya datang mencarinya dengan panik diantara kerumunan orang-orang yang mengamati gubuknya habis dilalap api. Kebakaran itu menghabiskan harta paling berharga milik keluarganya yakni sebuah mesin jahit dan banjo milik Tuan Luke, yang dipakainya sesekali di pasar malam.

Atas kebaikan orang tua Peter, ketua Sapta Siaga, keluarga Tuan Luke dan Nyonya Bolan akhirnya tinggal di sebuah caravan tua di lereng bukit penggembalaan biri-biri milik keluarga Peter, dan tentu saja dengan sumbangan barang keperluan hidup sehari-hari dari para orang tua Sapta Siaga dan beberapa warga desa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline