Cerita ini tentang kisah hidup seorang anak yang dipelihara ayam kampung kesayangan Nini Itingnya.
Alkisah di sebuah kampung hiduplah satu keluarga dengan ibu, bapa, seorang anak dan neneknya. Keluarga bapa Sangap, begitu mereka dipanggil, karena Sangap adalah anak tertua di keluarga itu.
Kondisi ekonomi keluarga yang buruk dan tabiat bapa Sangap yang penjudi dan kerap pulang larut malam membuat keluarga itu hampir setiap hari diwarnai perang mulut antara ibu dan bapa Sangap.
Sangap adalah anak satu-satunya, dan duduk di bangku SMA kelas 3. Ia adalah seorang anak yang rajin dan tekun belajar.
Betapa hancur hatinya melihat ibu dan bapa yang hampir setiap hari cekcok mulut. Tak pernah ia rasayakan kasih sayang dan kehangatan keluarga, kecuali perhatian dari Nini Itingnya, sebutan nenek untuk perempuan dari marga Ginting pada Suku Karo.
Nini Iting adalah seorang perempuan renta yang praktis hampir tak mampu bekerja. Umur yang uzur membuat Nini Iting sudah lebih memikirkan liang kubur ketimbang melerai percekcokan anak dan menantunya di rumah.
Satu-satunya alasan Nini Iting menghirup nafas setiap hari adalah rasa kasih sayangnya kepada Sangap, cucunya, yang hidup dalam anomali dan ironi yang pahit. Di usia yang seharusnya orang tua mencurahkan seluruh daya untuk mendukung upaya pencapaian cita-citanya, ia bahkan tidak pernah merasakan kelembutan ibu dan perlindungan seorang bapa.
Itu rupanya membuat Sangap terpecut niatnya untuk menjalani hidup sebaik-baiknya sepahit apapun kenyataannya.
Setiap hari Sangap menjual beberapa butir telur ayam kampung peliharaan Nini Itingnya ke warung sebagai tambahan belanja rumah dan tabungan biaya keperluan sekolahnya. Kenyataan yang mungkin tak pernah disadari ibu dan bapanya yang sibuk cekcok setiap hari.
Pada suatu hari, terjadi pertengkaran hebat antara ibu dan bapa sangap. Tidak seperti biasanya, setelah capek bertengkar mereka biasanya tetap akan berangkat ke kasur masing-masing dengan mimpi buruk mereka.
Malam itu, keduanya pergi dari rumah dan tidak kembali. Meninggalkan Sangap dan Nini Itingnya yang sudah mati rasa di rumah mereka.