Latar kisah, saat Century pecah memenuhi ruang-ruang kasak-kusuk publik satu dasawarsa silam, video unyil ala Ariel sama Cut Tari dan Lunmay ikutan muncul. Century pun akhirnya kalah trending meski tetap menyisakan sejumlah tanya sampai kini akibat tayangan pemersatu bangsa itu lebih merebut perhatian publik. Catat! Duit Century yang lenyap itu tak sampai 10 T.
Kini, Jiwasraya digulirkan di pengadilan dengan dakwaan telah terjadi gagal bayar ke nasabah akibat konon katanya kongkalikong direksi 2008-2018. Lokalisir kasus ini mengundang keanehan mengingat fakta bahwa Jiwasaya sudah dapat cap disclaimer dari BPK pada 2007.
Olengnya Jiwasraya sebelum 2008 justru hendak dicarikan solusinya oleh direksi 2008-2018 yang dijadikan terdakwa kini. Pemicu oleng Jiwasraya sebelum 2008 sama sekali tak disenggol-senggol. Catat! Duit yang diklaim menguap di Jiwasraya ini kurang lebih 12 T, katanya.
Nah, jika dibanding Century, Jiwasraya harusnya diberi perhatian lebih oleh publik mengingat kerugiannya yang sistemik sampai injak angka belasan triliun. Jadi, kita semua semestinya ramai-ramai beri perhatian pada kejanggalan drama di pengadilan yang tengah berlangsung saat ini atas kasus BUMN satu ini.
Perhatian publik adalah momok menakutkan bagi mereka yang suka bermain di dalam gelap, di balik meja atau di belakang layar. Maka, menjadi kewajiban bagi mereka untuk mencari cara agar jangan sampai publik benar-benar beri perhatian pada kasus ini. Tapi bagaimana cara supaya publik teralihkan perhatiannya? Inilah yang coba saya jawab lewat analisa berikut. Simak tuntas!
Bendera PDI P Dibakar, Begini Pengakuan Haikal Hasan, Jubir PA 212
Hari Minggu 28 Juni 2020 kemarin benar-benar istimewa. Sebuah fakta akhirnya terungkap dari sumbernya langsung. Saya dan mungkin bahkan semua peserta yang lain pun sama-sama dibuat tercengang-cengang.
Betapa tidak, hal yang tak disangkakan sebelumnya terjadi juga. Benar-benar di luar dugaan.
Hal yang mencengangkan itu terjadi ketika berlangsungnya dialog virtual yang diselenggarakan oleh LSM IBSW pimpinan Nova Andika, ME. Adalah Haikal Hasan pelakunya.
Jika sebelum diskusi, saya sempat menduga akan ada momen "cakar-cakaran" antara Babe Haikal dan DR. Boni Hargens yang turut tampil sebagai narsum lainnya dalam diskusi yang dikemas dengan tema "Infodemic PDIP Identik PKI, Ulah Siapa? Imbas Polemik RUU HIP" itu. Namun ternyata, yang terjadi justru sebaliknya.
Boro-boro mendengar pernyataan yang provokatif dari Ustad Haikal, yang ada malah pernyataan yang bikin ayem. Iya, Babe Haikal yang tampil sebagai Jubir PA 212 dalam format diskusi 2 jam-an itu tampil sejuk, sangat bertolak belakang dengan gambaran yang didapat selama ini tentangnya.
"Saya itu sangat Pancasilais. Karenanya, saya tidak ingin ada ideologi import yang coba-coba gantikan ideologi kita ini. Ada dari China dengan pengaruh komunisnya, kita tolak. Ada dari Arab Saudi dengan Wahabinya kita tolak, dari Iran dengan Syiahnya, kita tolak, dari Suriah dengan ISISnya, kita tolak semua.
Gambaran bahwa saya seolah-olah bagian dari antikebhinekaan, antidemokrasi itu kan hasil framing akun-akun yang memotong-motong pernyataan-pernyataan lengkap saya. Faktanya saya ini konsultan. Klien saya 80% adalah Chinese, Kristen", demikian Haikal berapi-api.