Lihat ke Halaman Asli

Aven Jaman

penulis

Benarkah HL, Pendeta Cabul ataukah Ini adalah Pembunuhan Karakter Terencana?

Diperbarui: 5 April 2020   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

screnshoot


"Memanipulasi fakta kejadian sebuah kasus kejahatan adalah sebuah kejahatan juga." _Anonym

Polemik seputar kasus yang menjerat pendeta Happy Family Church (HFC) di Surabaya belum juga menunjukkan titik terang. Hujatan-hujatan yang dialamatkan netijen kepada Ketua Sinode Happy Family Church Surabaya itu masih saja deras di berbagai lini massa. 

Di antaranya yang paling getol menyerang pendeta ini adalah akun IG atas nama @PastorInStyle di instastorynya. Padahal kasusnya sendiri, sampai dengan tulisan ini dibuat, belum juga dilimpahkan kepada pengadilan.

Yang menarik, pengadilan yang dilakukan publik terhadapnya itu kini tidak hanya menyangkut perilaku sang tertuduh. Beberapa di antaranya malah sudah menyasar sekolah anaknya supaya sekolah itu ikut ditutup. Juga komunitas gereja HFC ikut-ikutan diobok-obok pula. Sebenarnya, kasus ini hanya melibatkan beberapa individu saja ataukah komunitas sih?

Yang tak kalah menarik adalah tuduhan yang mengatakan bahwa istri sang pendeta yang juga merupakan seorang pendeta di gereja yang sama ikut memegangi pelapor saat pelapor diperkosa. 

Pelapor seolah sengaja menutup mata terhadap fakta sesungguhnya bahwa sejak kasus ini dibuka pelapor, sang istri bahkan berniat untuk meninggalkan terlapor karena merasa dikhianati. Shocked pastinya.

Sebab, bagaimana mungkin orang yang begitu dicintainya (terlapor) tega bermain api dengan seseorang yang sudah pula dianggapnya bagai anak kandung sendiri (pelapor). Jadi ya, reaksi yang sangat wajar apabila beliau berniat meninggalkan suaminya. Cerai.

Namun karena dalam berkas laporan pelapor ke polisi ada pernyataan pelapor yang bilang bahwa istri terlapor ikut memegangi pelapor saat diperkosa, istri terlapor pun mengurungkan niatnya meninggalkan suaminya. Beliau mencium gelagat kurang beres pada laporan pelapor. Terhadap laporan pelapor yang sudah dianggapnya bagai anak kandung itu menurutnya perlu ditunjukkan kebenaran yang sebenar-benarnya. Makanya beliau mengurungkan niat untuk meninggalkan terlapor.

Lalu, dari mana ceritanya bahwa sang istri turut memegangi pelapor saat "diperkosa" terlapor? Janggal, bukan?

Berikutnya, kasus ini makin terasa wah dramatisnya adalah cerita yang dikembangkan sejumlah netijen yang pada intinya bilang bahwa pelapor diajak berdoa dulu sebelum pemerkosaan dilakukan. Ini juga janggal.

Apakah sebagai seorang remaja yang terdidik, dari keluarga terpandang, pelapor sama sekali tak punya rasa aneh yang timbul dalam hati untuk ditanyakan pada kedua orang tua terkasih di rumah terhadap pengalaman tersebut? Atau, setidaknya dalam pergaulan dengan rekan-rekannya, masa iya pelapor tidak pernah bertanya-tanya ke teman-teman lainnya bagaimana mereka menjalani ritual ibadahnya bersama pendeta masing-masing?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline