Lihat ke Halaman Asli

Tenu Permana

Menulis untuk mengingat, membaca untuk kesadaran.

Salah Kaprah Pemakai dan Penunggang Hashtags

Diperbarui: 20 Mei 2020   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi shutterstock

Seperti apa yang selalu terjadi di negara tercinta Indonesia, apa pun yang masuk di Indonesia akan menjadi lain ketika sampai pada masyarakat Indonesia. 

Lagi pula  apa sih yang enggak jadi salah tafsir dan salah kaprah ketika sudah menjadi konsumsi banyak masyarakat Indonesia, suatu hal yang masuk ke Indonesia akan jadi khas Indonesia dengan segala peleburan dan uniknya masyarakat Indonesia, semakin banyak yang mengonsumsi semakin melenceng pada apa yang semula diharapkan saat awal pembuatan. 

Contohnya banyak, mulai dari mode busana, gaya hidup bahkan sampai pada hal yang cukup genting, seperti turun ke jalan. Nah jika di negara lain urusan berdemonstrasi dengan turun ke jalan suatu hal yang genting dan menegangkan di negara kita lain dari yang lain, di negara kita bisa menjadi hal yang melahirkan tawa, mulai dari selebaran yang dipajang atau dengan iringan lagu dangdutan.

Engga, ini tidak sedang ngomongin agama, politik atau Corona, ini ngomongin apa yang sedang dirisaukan oleh banyak pengguna Twitter--- yang risaunya sih warga Twitter yang merasa benar---  jadi sekarang warga-warga Twitter banyak yang salah kaprah sama kegunaan hashtag di Twitter, banyak warga Twitter entah hashtag-nya berbunyi apa dan sedang membahas apa, tetapi orang yang salah kaprah ini tetap men-tweet yang isinya foto mereka dengan menggunakan hashtag yang sedang ramai jadi perbincangan. 

Sebenarnya, enggak ada yang salah, tapi ya enggak nyambung dan risi aja lihatnya. Semisal hestek-nya berbunyi #KimJongUnmeninggal terus kamu men-tweet foto kamu dengan hashtag itu, ya kan wajahmu itu bukan Kim Jong un, lagi pula kalo benar kalian Kim Jong Un ya kamu pas meninggal ngapain upload foto, ya kan serem.

Coba kita cari sejarah awal mula hashtag itu apa, mengutip apa yang pernah dibahas oleh media Ralalino.id tulisnya: sejarah hashtag pertama kali digunakan oleh twitter pada tahun 2009. Ini berawal dari usulan seorang pengguna twitter bernama Chris Messina pada tanggal 23 Agustus tahun 2007.

Butuh dua tahun bagi twitter untuk kemudian memakai tanda pagar itu sebagai hyperlink atau bahasa Indonesianya Pranala (sebuah acuan dalam dokumen hiperteks ke dokumen yang lain atau sumber lain. Seperti halnya suatu kutipan di dalam literatur) dan kemudian menjadi fitur resmi mereka dan diberi nama hashtag.

Di Indonesia sendiri, hashtag kemudian diterjemahkan sebagai tagar (dari tanda pagar). Kata tagar itu telah resmi ada di KBBI V sebagai pengertian kedua; Inet label berupa suatu kata yang diberi awalan tanda pagar dalam pesan pada layanan mikroblog. 

Sebelum pengertian ini masuk, tagar dalam KBBI berarti guruh atau guntur. Hashtag diterjemahkan menjadi mempunyai tanda/label lalu ke tanda pagar (karena menggunakan simbol '#') dan disingkat menjadi tagar, lalu menjadi kata baru.

Sebuah bukti bahwa bahasa adalah salah satu produk kebudayaan yang dinamis. Ada peristiwa abreviasi atau biasa kita menyebutnya dengan pemendekan bentuk pada pembentukan kata itu. Di twitter, hashtag pertama kali ditujukan untuk mengumpulkan satu topik atau percakapan agar mudah dicari sebagai penanda kategori. Sebut saja demikian. Artinya, penggunaan hashtag haruslah mendukung percakapan atau narasi besar.

Nah jadi hashtag itu ditujukan untuk mengumpulkan satu topik atau percakapan, ya jadi kalo kamu men-tweet dengan pasang muka selfiemu dan pakai hashtag yang sedang ramai dipercakapkan atau perbincangkan ya enggak nyambung, sampai sini paham ya. Tapi ketidaknyambungan ini mungkin sudah mereka ketahui tapi enggak mereka sadari, pada tahap ini, permasalahan kadang timbul. Bedanya tahu dan sadar itu lumayan penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline