Lihat ke Halaman Asli

Tenu Permana

Menulis untuk mengingat, membaca untuk kesadaran.

Pemberontakan Seorang Absurdis pada Keabsurdan Hidup

Diperbarui: 15 Mei 2020   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa tujuan hidup? 

Apakah hidup kita memiliki makna? Pertanyaan di atas, absurd bagi Camus. 

Apa yang absurd? Adalah konfrontasi antara (dunia) yang irasional dan kerinduan hebat akan kejelasan yang panggilannya menggema di kedalaman hati manusia.

Manusia berkecenderungan untuk selalu mencari nilai dan makna dalam hidup, namun dalam hal pencarian itu manusia mempunyai ketidakmampuannya untuk menemukan. Absurd bukan?

Kenapa manusia bisa menemui dan merasakan perasaan absurd? Ini dikarenakan kodrat manusia yang seutuhnya menginginkan adanya penjelasan yang sifatnya menyeluruh, absolut. Namun di sisi lain, dunia ternyata telah menyembunyikan dan hanya menjanjikan penjelasan tersebut secara setengah-setengah, sehingga manusia dituntut oleh keinginan dan naluriahnya untuk terus mencari kebenaran yang sejati dan hakiki, namun bagaimanapun kebenaran yang dicari itu selalu terselimuti kabut Ilahi.

Persengketaan antara dunia, pikiran manusia dan ketergantungan pada situasi dunia inilah yang ternyata membuat manusia tidak dapat memahaminya lagi, dan dari sini manusia merasakan keabsurdan hidup.

Namun dari sadar dan ketidaksadarannya pada keabsurdan hidup, manusia selalu mencari cara untuk menghadapinya.

Pertama, Suicide yaitu lari dari eksistensi. Cara ini menyangkal fakta-fakta yang terjadi pada hidupnya dan tidak ingin menghadapi kehidupan yang tidak sesuai dengan ideal yang di angankannya. 

Cara ini menjadikan manusia menemui keterpurukan, ekstremnya menyalahkan takdir dan mengambinghitamkan Tuhan, bunuh diri adalah satu langkah menyerah sekaligus penggugatan atas kehendak Tuhan. Sebab, Tuhan yang dipercaya mengatur kehidupan.

Kedua, the leap of Faith yaitu lari kepada instansi-instansi keimanan. Bagi Camus cara ini diambil manusia untuk menolak kemampuan individunya dalam hal pencarian makna secara rasional dan ia memilih melompat dan bersandar kepada instansi-instansi yang lebih besar dari dirinya, seperti agama, ormas.  Cara ini dilakukan untuk menemukan ketenangan dan merasakan keresahan bersama-sama dengan pengikut atau anggota lain, Camus menyebut hal ini dengan "bunuh diri filosofis".

Ketiga valid solution yaitu menerima absurditas. Cara ini yang diyakini Camus paling tepat untuk menghadapi keabsurdan dengan menerima keadaan-keadaan absurd yang ada, dan terus menghadapi kehidupan, serta tak berhenti berjuang melawan keabsurdan hidup dan ketidakbermaknaannya dengan cara memberi makna sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline