Lihat ke Halaman Asli

Marjono Eswe

Tukang Ketik Biasa

Ironi Anak sebagai Target Pasar

Diperbarui: 12 Oktober 2020   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi tabungan anak. (sumber Thinkstock via kompas.com)

Pada zaman ini, perusahaan mana yang tak mengincar pasar anak sebagai target pemasaran. Sebut saja sepatu, pakaian, makanan dan minuman, jamu, keperluan mandi maupun mainan acap merebutkan pangsa anak. 

Bahkan tak sungkan-sungkan perusahaan produsen untuk keperluan orang dewasa saja tak sedikit yang memanfaatkan anak-anak dalam mencuri hati pelanggannya. Industri otomotif, properti juga informasi teknologi pun tak ketinggalan banyak meraup laba dari pendayagunaan anak-anak dalam iklan-iklannya.

Begitu dahsyat anak dalam membawa tetumpukan pundi-pundi rupiah ke kantong-kantong pemodal, korporat maupun kepada orangtua atau keluarga. Industri musik juga tak pernah bisa lepas dari pasar anak-anak. 

Contoh anak-anak yang menjadi pelaku bisnis maupun sekadar menjadi endorse produk tertentu ternyata cukup mampu membuat gendut rekening anak-anak itu sendiri meski QQ orangtua. Artis cilik pun bejibun dengan menjual varian produk yang kadang tak tepat usia dan perkembangan anak.

Kemudian pada aras lain menyentuh dunia politik, disadari atau tidak tak sedikit dari kita atau orangtua yang secara sengaja atau tidak sengaja melibatkan anak-anaknya ke dalam pergelaran kampanye yang menghadirkan massa jauh sebelum tahun pandemi berlangsung.

Para orangtua mendandani anak-anaknya dengan pelbagai asesoris dan atribut parpol tertentu, acap kita temukan pada masa kampanye sebelum pilkada 2020 ini. 

Kita tak tahu, kebahagiaan dan kebanggaan apa yang digenggam orangtua ketika anak-anaknya menjadi bagian event kampanye pemilu. 

Barangkali sebagian orang tua merasa prestisenya naik kelas saat anak berani dan riang dalam menghabiskan waktu bersama orang-orang dewasa dalam perhelatan demokrasi itu.

Namun demikian, tentu langkah itu tidak tepat dan bahkan bisa dikenai sanksi bagi penyelenggara kampanye yang menyertakan anak-anak. 

Dengan alasan apapun, membawa anak-anak dalam hingar-bingar kampanye, tidak dibolehkan. Bukan kita yang melarang, tapi regulasi yang tidak menyepakati hal tersebut.

Anak selalu menjadi primadona di rumah maupun di pasar. Bukti lainnya, tak sedikit anak-anak yang dibujuk rayu dan diiming-imingi mendapatkan pekerjaan yang mudah dan beroleh uang banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline