Lihat ke Halaman Asli

Marjono Eswe

Tukang Ketik Biasa

Toleransi Itu Investasi

Diperbarui: 6 Oktober 2020   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah ujian pandemi covid-19, masih saja ada orang yang sampai hati sengaja membuat ricuh, gaduh dan mengadudomba, menebar berita bohong, melancarkan ujaran kebencian, dll. Jika tak segera dihentikan atau secara sadar mengakhiri, maka akan semakin membuat kemurungan bahkan berkemungkinan meletup konflik . Maka kemudian tak ada cara lain untuk menghapus semua itu kecuali, kerjasama membangun terwujudnya toleransi. Toleransi mesti menjadi perilaku harian kita.

Toleransi ini begitu penting di tengah kemajemukan kehidupan masyarakat kita. Dan ke-Bhinneka-an inilah menjadi kondisi nyata yang tidak terbantahkan dan harus mampu dikelola secara baik. Ketika keanekaragaman sebagai fitrah manusia itu mampu dikelola dengan baik, maka akan menjadi satu kekuatan hebat. Sebaliknya, kalau keberagaman itu tidak ter-manage dengan baik, maka berpotensi akan merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan ber-negara.

Kita apresiasi kepada pihak-pihak yang menggelar silaturahmi, rembug bareng, musyawarah, deklarasi, pertemuan bersama lintas agama, suku, budaya, politik. Kesemuanya menunjukkan semangat nyawiji untuk terus mengawal dan merawat toleransi dalam kehidupan kebangsaan kita. Itu luar biasa, di tengah munculnya sikap-sikap intoleransi, radikalisme dan terorisme di sekitar kita.

Jadi bagaimanapun kencengnya isu-isu SARA, jangan sampai menimbulkan konflik horinsontaL. Hal ini karena seluruh pemangku kepentingan senantiasa mengajak, merangkul, mengedukasi dan memberdayakan warga dengan bahasa yang terasa sangat menyejukkan. Beliau-beliau ini menyampaikan nilai-nilai keutamaan yang luar biasa, kalau dalam Islam itu rahmatan lil alamin.

Bagaimana ceramah, pidato, dakwah, syiar yang disebarluaskan adalah tentang agama yang membawa kedamaian bukan kerusakan, mengajak bukan mengejek, menyatukan bukan mempertentangkan, memanusiakan yang lain, dan bukan menistakan.

Kita tentu tidak pernah lupa, bagaimana Islam masuk ke negara kita, atau khususnya tanah Jawa disampaikan dengan penuh keindahan. Para Walisongo dengan metode dakwahnya telah berhasil memadukan kebudayaan nusantara dengan agama Islam secara cerdas dan meleganda. 

Seperti halnya Kanjeng Sunan Kalijaga, dalam dakwahnya beliau menggunakan metode pertunjukkan wayang yang kemudian dikemas dan disisipi dengan ajaran Islam. Dan meski menggunakan metode asimilasi tetapi tidak pernah mengurangi esensitas agama itu sendiri. Itulah keindahan dakwah Walisongo.

Metode dakwah yang penuh kesejukan dan kedamaian itulah yang sangat relevan diterapkan pada masa kini. Ini metode yang mampu memberikan suntikan moral untuk hidup rukun bersama demi terciptanya negara yang makmur dan sejahtera tanpa merendahkan dan merasa paling benar sendiri diantara kelompok yang berbeda.

Apalagi di Indonesia itu adalah keberagaman, baik agama, suku, ras dan golongan. Jadi, kalau bicara membangun Indonesia maka kita semua harus bergandengan tangan, merapatkan barisan, menjaga persatuan dan kesatuan diantara segenap anak bangsa. Jangan merasa paling benar dan mengutamakan ego kepentingan kelompoknya sendiri-sendiri.

Indonesia harus dibangun atas semangat persaudaraan dan kebersamaan. Kalau satu kelompok dengan kelompok lainnya saling membenci, bermusuhan dan tidak menghargai, maka bangsa ini akan mudah terpecah belah, ringkih dan hancur. Kita tentu tidak ingin hal seperti itu terjadi. Kita ingin Indonesia bersatu padu, aman, tenteram dan damai.

Tabayyun

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline