Lihat ke Halaman Asli

Marjono Eswe

Tukang Ketik Biasa

Komunitas Itu Transformer

Diperbarui: 30 September 2020   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya hidup bersama dua perempuan. Masa? Iya, satu isteri dan anak semata wayang saya. Setiap hari masing-masing punya aktivitas, saya seorang PNS dan istri staf pengajar di salah satu Yayasan Islam di Kota ini. Sedangkan anak perempuan satu-satunya mesti kami ikhlaskan menghirup udara dan menempa ilmu di Jogja.

Praktis seluruh hari semenjak anak kuliah di Kota Gudeg, hanya kami berdua yang menghabiskan volume rumah dari ujung hingga pangkalnya. Kami tak mau sepi merenggut jiwa masing-masing, maka kemudian saya bergabung dengan komunitas sepeda (gowes) baik di Kantor maupun perumahan. Sementara isteri masuk dalam komunitas rebana masjid di perumahan.

 Bulan silam, komunitas sang isteri melakukan kunjungan dana tau bakti sosial ke salah satu panti ashan sekaligus pondok pesantren di kota ini juga. Meski tak banyak yang disumbangkan, tapi nawaitu, itikad maupun aksi riilnya layak kita acungi jempol.

Begitu juga dengan komunitas kami, pesepeda (goweser), beberapa minggu lalu pernah melakukan bakti sosial ke wilayah Temanggung dengan membagi sembako bagi warga lokasi tersebut sambil mengunjungi destinasi wisata yang dikembangkan Pemprov Jawa Tengah.

Belum lama juga, komunitas gowes kami pun sedikit sharing, berbagi masker kepada pengguna jalan di wilayah Magelang dalam rangkaian gowes Borobudur. Pembagian masker selain untuk mengedukasi warga menjalankan protokol kesehatan juga berbagi kebahagiaan.

Tak sedikit warga yang memberikan apresiasi dan menyambut baik kegiatan ini. Selain sebagai wahana silaturahmi antar anggota komunitas gowes. Ragam bantuan tersebut dihimpun dari iuran sukarela anggota komunitas, dan pada waktu tertentu bisa didayagunakan membantu warga bukan saja soal masker, sembako tapi juga kala ada musibah atau bencana lainnya.

Kegiatan-kegiatan komunitas yang kami lakukan ini juga sekaligus sebagai media untuk terus menggelorakan dan mengkampanyekan budaya tertib berlalu lintas.   Karena sekarang juga sudah ada aturan baru buat pesepeda di jalan raya. Tidak hanya itu, event ini juga sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan menyadarkan masyarakat akan pentingnya budaya tertib berlalu lintas.

Dengan dilaksanakannya aktivitas berfrasa sosial kemanusiaan ini maka membawa banyak pihak harus mampu bersinergi dalam upaya mewujudkan  budaya tertib lalu lintas di negeri ini. Dari sini mari kita mulai sebuah gerakan untuk meningkatkan peduli, empati, kualitas keselamatan, keamanan dan menurunkan tingkat fatalitas korban kecelakaan dengan tetap disiplin mempraktikkan protokol kesehatan.

Manjing Ajur, Ajer

Seperti kita ketahui bersama, populasi kendaraan bermotor, sepeda (Roadbike, Minion, MTB, seli/lipat, sepeda listrik, dll) tiap tahun meningkat pesat. Pemerintah bersyukur, industri senang. Investasi lancar dan ekonomi bergerak naik. Namun, rupanya ada fakta kelam di balik itu. Korban tewas pengendaranya terus berjatuhan.

Kendaraan, khususnya sepeda motor bertransformasi menjadi mesin pembunuh. Maka, kemudian komunitas gowes SKPD provinsi Jawa Tengah berkomitmen menjadi transformer, pengubah sekaligus penggugah penyadaran keselamatan, keamananan dan kesehatan anggota, dan masyarakat apalagi di tengah pandemi covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline