Lihat ke Halaman Asli

Marjono Eswe

Tukang Ketik Biasa

Dari Make Over Rumah hingga Sosial Kemanusiaan

Diperbarui: 30 September 2020   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Urusan make over rumah sudah bukan lagi menjadi urusan pilihan tapi sudah menjangkau pada wilayah wajib, kala sedang tak ada agenda lain ke luar rumah. Pergerakan ini biasanya kita dahului dengan diskusi ringan bersama keluarga sambal menikmati teh atau kopi panas, singkong goreng. Ketika bertiga itu ada, semua menjadi lancar dan lebih gampang disepakati.

Make over rumah dalam paragrap awal lebih pada mengubah tata letak (lay out) perkakas rumah, pindah atau geser sana-sini atau juga kadang kita menambah maupun mengurangi barang yang ada.

Jika kemudian, ada usulan menanam atau berkebun, ya kami harus menyiasati dengan bertanam ala pot maupun lewat hidroponik, karena keterbatasan lahan di kompleks perumahan.

Kami sekeluarga suka menaman dan merawat bunga dalam skala kecil juga menanam tanaman produktif untuk keperluan sehari-hari, seperti tanam cabai, pohon salam, buah nangka mini, jeruk bumbu, dll. Selain itu, di rumah kami juga berangsur bertanam tanaman obat tradisional, misalnya tanaman binahong, herbasaudah, nogosari, buah tin, dll.

Ketika kami coba dan merawat tanaman-tanaman itu berasa menentramkan, dalam imajiner kami seolah punya rumah di tepi hutan di bawah kaki bukit nan sejuk merindang tersaput angin yang sungguh-sungguh bebas dari polusi.

Kala itu pula, kami menemukan hidup yang nyaman, membawa kami terus berspirit dan kami mau hidup 1000 tahun lagi. Hehehe, jadi ingat panyair kita Chairil Anwar.  Kemudiaan pada saat lain, saat kami sekeluarga harus merepair atau merenovasi bagian rumah tertentu, maka hal itu tentu butuh budget yang tak sedikit, hal ini kami siasati dengan cara bertahap. Sedikit demi sedikit, dan seluruh anggota keluarga terlibat, urun angan dan turun tangan.

Bagian rumah yang paling sering di make over adalah kamar anak, karena masih kuliah dan barangkali biar beda juga agar membawa spirt dan motivasi belajar yang lebih nyata, sehingga mampu menjelma dalam deretan angka-angka akademik yang tak mengecewakan.

Kami sekeluarga berasa bersyukur, hidup dengan rumah mungil, namun kami selalu membiakkan ruang demokrasi yang tak mungil di sekujur rumah. Selain make over rumah, tentu kami harus konsekuen untuk selalu make over otak dan hati kami untuk lebih produktif, konstruktif dan positif. Seperti halnya dalam dunia kampus, ada rodinda di rumah, yakni romantika, dinamika dan dialektika.

Jalan Pulang

Dalam make over rumah, meski sedikit atau kecil, pada saat-saat itu, sellau melintas saudara kita yang rumahnya tak layak huni (RTLH) di sebagain desa-desa, di pinggir kota, atau di tepian rel kereta juga  rumah-rumah yang sekadar tegak yang kerap melanggar area sempadan atau tanggul sungai.

Miris juga rasanya, dan ketika itu kami sekeluarga selalu mengedukasi anggota keluarga untuk menyisihkan sebagian rejekinya untuk membantu sedulur yang masih membutuhkan. Kita pantas bersyukur, pemerintah selalu menjulurkan dana bantuan pemugaran RTLH menjadi rumah layak huni. Karena sekurangnya rumah itu mesti memenuhi 3 hak besar, yakni teknis, kesehatan dan etika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline