Saat ini tengah terjadi pergeseran dalam gaya kepemimpinan seiring dengan perkembangan teknologi yang mengubah pola kehidupan manusia di seluruh belahan dunia. Tidak ada batas minimum bagi pemuda mendapat amanah besar di kursi pengambil kebijakan dan pada level strategis di dalam pemerintahan.
Indonesia dihadapkan dengan beragamnya masalah yang makin menantang dan kompleks. Level kepemimpinan lintas sektor sudah harus berani memberikan ruang berkembang dan bertumbuh bagi calon pemimpin di berbagai sektor, tidak hanya di level pemerintah saja, tetapi juga perusahaan atau organisasi lainnya. Generasi milenial yang berpotensi, perlahan sudah harus diberikan kesempatan dalam ruang formal untuk mengambil peran sebagai 'policy maker'.
Konsep leadership sekarang berfokus pada keterlibatan tim, kemampuan individu, keterampilan memotivasi dan pabrikasi ide-ide super kreatif. Hal ini akan menghasilkan budaya kerja yang terbuka, transparan dan inovatif. Yang pasti, para pemimpin milenial saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Seakan, teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam pemerintahan, perusahaan, organisasi, komunitas atau 'project' yang mereka pimpin.
'Milenial leader' yang agile (tangkas) berhasil mengajak organisasinya dengan cepat mengakomodasi perubahan. Respons yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan digital jauh lebih cepat dibandingkan pemimpin yang gagap teknologi atau tidak mengikuti tren teknologi terkini.
Berdasarkan laporan terbaru We Are Social, pada tahun 2020 disebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di negeri ini. Angka ini sekurangnya menunjukkan pentingnya dan semakin menguatnya tren digital leadership.
Kepemimpinan kaum muda memungkinkan organisasi pemerintahan ataupun swasta saat ini untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengimbangi berbagai percepatan dalam dunia industri dengan penuh percepatan karena hadirnya teknologi di semua lini. Dari pengamatan berbagai macam sumber, terdapat lima dimensi dari kepemimpinan kini.
Pertama adalah kompetisi, bagaimana pemimpin muda membaca dan merespons tantangan bangsa terhadap iklim kompetisi yang ketat dan semakin kompleks. Kedua, hirarki. Pemimpin di sini pada pengambilan keputusan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dalam menentukan langkah yang dipilih.
Ketiga adalah pengembangan talenta di bidang teknologi, pemimpin memanfaatkan talenta individu agar dapat terus mengeksplorasi dan memaksimalkan penggunaan potensi guna memaksimalkan kemajuan teknologi di setiap bidang yang relevan. Di sini pemimpin bisa menempatkan diirnya sebagai coach, mentor, leader, dan kawan baik bagi anggota organisasinya.
Keempat, hiper-konektivitas. Kondisi ini memungkinkan kepemimpinan yang berjejaring dari level mikro hingga makro, dimana keberadaan dan pemanfaatan teknologi merupakan hal utama bagi organisasi untuk dapat mengembangkan secara masif ekonomi dan berbagai sektor lainnya. Kelima adalah transparansi. Mengedepankan komunikasi terbuka (open) dan kejujuran (honest). Kepemimpinan yang baik selalu dimulai dengan komunikasi yang baik, hal ini dibangun dengan kebiasaan berkata jujur dalam berpikir dan berpendapat.
Perubahan selalu berawal dari hal yang paling kecil dan butuh proses. Terkadang, kita tidak sabar untuk meraih hasilnya sehingga menjadi tergesa-gesa dan hasilnya pun tidak maksimal. Bergeraklah pelan, namun tetap progresif. Akan ada momennya ketika kita ingin bergerak ke arah yang lebih besar.
Walau begitu, siapapun yang ingin diberikan amanah besar sebagai pemimpin tentunya harus mampu memantaskan diri terlebih dahulu. Kapasitas, kompetensi, daya saing, jam terbang, sikap dan keterampilan menentukan tingkat kepantasan pemuda dalam menjadi pemimpin jaman kini. Mungkin bahasa premannya, 'harus tahu diri' sebelum mengambil peran lebih jauh sebagai seorang pemimpin.