Lihat ke Halaman Asli

Marjono Eswe

Tukang Ketik Biasa

Kampus dalam Perspektif Pembangunan Desa

Diperbarui: 10 Agustus 2020   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak ingin berlama-lama menyaksikan desa tergenang dalam kemiskinan, Menteri milenial Nabiel Makarim menerbitkan kebijakan intimitas kampus dengan publik. Kebijakan eksponen Bos Gojek ini setarik nafas dengan strategi Presiden Joko Widodo yang membangun Indonesia dari pinggiran, harapannya kesejahteraan lebih distrubutif. Indonesia akan maju, jika desa-desanya juga maju.

Kampus dinilai mampu mengakselerasi pembangunan desa, sehingga dapat mengoyak kemurungan desa, membalik kemiskinan desa.  Ada sederet poin penting yang bakal menghela nilai Kampus ini, utamanya yang berelasi dengan bangku para akademisi dalam pembangunan desa.

Penduduk miskin kita, periode Maret 2019 mencapai 25,14 juta orang (9,41%) dan September 2019, yakni 24,79 juta orang (9,22%), disparitas kemiskinan antar desa dan kota masih tinggi. Tercatat, persentase kemiskinan kota sebesar 6,56 %.

Sementara, persentase penduduk miskin pedesaan mencapai 12,6 %. Membaca angka-angka statistika itu menjukkan rakyat miskin terbesar menempati wilayah pedesaan. Tentu pemangku kepentingan tak berdiam.

Menyikapi keterpurukan tersebut, meski angka kemiskinan sudah pada level satu digit, tak ada salahnya kampus urun angan dan turun tangan, kita pertajam dan masifkan kembali amalan tri dharma perguruan tinggi yang menyangkut pendidikan, penelitian dan pengadian masyarakat.          

 awa Tengah sudah menerapkan model kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa pada 14 daerah zona merah kemiskinan. Para mahasiswa ini diterjunkan pada sesi KKN tematik, harapannya mereka mampu menemukenali problematik desa-desa miskin tersebut, memformulasikan solusi dan tindaklanjutnya. Kampus-kampus di Jateng juga sudah banyak menerjunkan tim KKN tanggap covid-19. Mengedukasi warga cara daring dan atau bahkan memberikan les rombel di desa secara gootng royong.

Dengan demikian, mahasiswa betul-betul menggumuli universitas  sejati, di tengah masyarakat. Mungkin antara teori, modul dan tekstual perkuliahan akan sangat berbeda jauh dengan praktikum nyata di lapangan. Bagi kampus yang masih mengalokasikan kota sebagai titik KKN nya sebaiknya mulai menggeser lokusnya ke wilayah pedesaan.

Itulah romantika dan tantangan kaum muda. Kita mahfum, kampus bukan menara gading. Kampus tak boleh menjadi ekslusif yang membuat jarak dengan ibu kandungnya, yakni masyarakat.

Pada sekujur kampus, bisa melakukan transfer pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada masyarakat desa. Selain KKN, Kampus dapat membangun tim efektif untuk mendampingi desa dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi maupun pelaporan atas pembangunan desa melalui desa dampingan, desa binaan atau istilah lainnya sebagai desa pilot project mengurai kusutnya desa.

Para mahasiswa dan dosen bisa saja merevitalisasi pertanian yang menjadi alas hidup bagi sebagian besar penduduk desa, cobalah menawarkan sistem pertanian modern, integrated farming system, mengajak kaum milenial desa sukarela mengambil alih regenerasi petani para pendahulunya.

Ajak masyarakat desa melompat pada komodifikasi pertanian yang tak melulu bergantung pada sektor padi. Pada sesi ini, tak kurang baiknya menggaet minat masyarakat dengan mengenalkan inovasi teknologi tepat guna untuk mengolah komoditas mentah menjadi barang benilai ekonomi tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline