Hadew senangnya mengenang masa kecil kala belajar naik sepeda. Bermain, bersekolah SD hingga kuliah pun bersetia dengan sepeda. Tapi sejatinya secara ekonomi orangtua tak mampu membelikan anak-anaknya lebih dari sepeda. Sepeda kebo"varus," telah mengantarkanku hingga kelas 1 SMA, kemudian meningkat ke sepeda jengki RRT "phoenik," sampai lulus hingga paroh waktu kuliah di Kentingan Solo.
Bersepeda hingga kini menjadi kerinduan yang menjaga. Ia tak cuma booming kala new normal musim covid. Jauh sebelum pandemi membungkam, bersepeda sudah akrab digunakan sebagai sarana transportasi pada masa perjuangan menumpas kolonial.
Saat kemerdekaan pun hinga sekarang sepeda tak sedikit dimanfaatkan untuk menemani sekolah, kuliah, bermain bahkan pacaran. Mengenang era 90-an, setiap Minggu Pak Pos dengan rianganya mengantarkan surat-surat ke pangkuan penulis. Kring-kring Pos. Sepeda itu harganya mini tapi manfaatnya maksi (dulu).
Kini, masa dimulainya new normal, sepeda menjadi istimewa dan menjadi tuan di rumah sendiri. Perkembangan zaman, sepeda tak hanya berubah lewat desain dan modelnya, tapi juga harga maupun bahan bakunya.
Sepeda merangsek di jalanan protokol dan ruas jalan lokal lainnya. Sepeda impor dan domestik berebut berjuang mencuri hati para pecinta sepeda. Mulai anak-anak hingga dewasa. Sekarang, masih masa pandemi, siswa dan mahasiswa masih belajar di rumah, sebagian ASN atau pekerja WFH.
Bisa pula, mungkin saja diganggu rasa born-out atas anjuran stay at home, maka kala pemerintah membuka kembali zona car free day (CFD) atau sedikit ada kelonggaran lain, maka bersepeda menjadi idola dan favorit zaman pandemi.
Semoga tren sepeda ini menjadi pertanda baik, makin banyak yang sembuh, menurunnya kasus dan sedikit yang meninggal karena corona. Di beberapa kota besar, sepeda menjadi kunci bagian jasa pengiriman yang dihela anak-anak muda yang menghasilkan pundi-pundi uang.
Pada aras lain, KPK menyediakan hadiah sepeda bagi pengungkap kasus novel baswedan. Kemudian Pak Presiden Pak Jokowi acap memberikan sepeda kepada warga atau anak yang mampu menjawab pertanyannya saat blusukan ke daerah.
Hal ini masih dinanti masyarakat untuk lebih dekat dengan Presiden dan beroleh hadiah darinya. Bahkan, Soekarno sering mengajak Fatma untuk berjalan-jalan menggunakan sepeda selepas memberikan les Bahasa Inggris. Benih-benih cinta pun muncul di tengah keduanya.
Pengalaman yang tak beda jauh, dengan sepeda mengantarkan kekasihku membelah malam melunasi ruas Menteri Supeno hingga Puspanjolo. Pada altar lain, di pedesaan pun sepeda menjadi barang berharga dan tak jarang menjadi hadiah bagi anak-anaknya yang cemerlang secara akademik (kenaikan kelas, kelulusan, dll).
Pertama sebagai bagian moda transportasi yang ramah lingkungan, karena memang ia tak membuat polusi, tanpa asap pembuangan dan hanya mengandalkan tubuh yang sehat dan bugar yang sanggup menggowes pedalnya berkeliling kota menyusuri desa, membelah hutan mendayung gunung, mandaki laut, dll.