Lihat ke Halaman Asli

Secercah Cahaya Rembulan

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Engkau bulan yang bersinar sepanjang hari

Entah siang ataupun malang

Cahaya tak membuat semua orang kepanasan

Malah, semua orang terasa nyaman jika engkau menyinarinya

Kehadiranmu selalu di dambakan semua orang terutama daku

24 jam waktu sehari, hanya bebrapa jam saja kita bercengkrama

Iya, kesibukanmu sebagai siswi kelas XII yang menjadikan ini semua terjadi

Tapi tak apa, cahaya rembulan yang nampak dari dirimu menjadikan siangkupun masih terasa syahdu

Ungkapan hati yang membumbung tinggi ke otak lalu di salurkan melalui jari-jari yang aku daratkan pada sebuah keyboard untuk menuliskan bait-bait kalimat yang mewakili integritas pikiran dan hati. Dahulu, aku hanya bisa memandangmu menjadi milik orang lain, hanya bisa membayangkanmu untuk menjadi milikku. Hampir tak ada kesempatan bagiku kala itu.

Entah antara aku dan kamu kenal dari mana, entah sejak kapan nama kamu muncul di dalam kotak blackberry mesengger ku, dan entah sejak kapan hati ini memendam rasa terhadapmu. Yang aku ingat hanyalah kamu yang selalu mengisi pemberitahuan di blackberry mesengger ku dan fotomu mengisi beranda instagramku.

Beberapa lama kamu menjadi idamanku, beberapa waktu daku menajdi pengagummu tanpa berani mengutarakan kekaguman itu. Hasran ingin menyapa seakan sudah tak terbendung, aku kirimkan tulisan pendek melaluli BBM, tak ku kira engkau membalas tulisan sampah yang menjadi awal kamu tahu daku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline