Lihat ke Halaman Asli

Ardis Family

Kumpulan Kisah Perjalanan Keliling Dunia

Naik Bus Kota di Kathmandu Nepal, Rasanya Seperti Kembali ke Tahun 80-an

Diperbarui: 2 Agustus 2019   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang Bus Kota Di Kathmandu Kaca Dibuka Karena Tanpa AC (dok. pribadi)

Jakarta pernah punya bus butut tapi sangat legendaris PPD, Kopaja dan Metromini yang beroperasi sekitar tahun 1971 sampai 2015. Saking bututnya, kalau jalan pun seringkali mereng-mereng karena penumpang bergelantungan di pintu. Tidak ada AC-nya tapi sangat dibutuhkan oleh masyarakat Jakarta karena tidak ada pilihan lain yang lebih bagus. Beruntung saat ini sudah tidak terlihat lagi bus kota yang butut dan reot di Jakarta.

Lalu Lintas Kota Kathmandu Semrawut Tidak Ada Garis Marka, Pembatas Jalur Sepeda, Trotoar, Jalur Bus Dan Kendaraan Pribadi (dok. pribadi)

Suasana seperti di Jakarta zaman bus PPD, Kopaja dan Metromini jadi raja jalanan ini bisa kita saksikan di Kathmandu, Nepal saat ini. Rasanya, pingin sekali saya sujud syukur sampai ndelosor ketanah kalau membayangkan kemajuan Jakarta dan kota kota lain di Indonesia saat ini. Pemandangan transportasi umum yang saya saksikan saat ini di Kathmandu tidak jauh berbeda dengan apa yang saya saksikan di New Delhi, Agra, Jaipur, Udaipur di India.

Tidak Ada Halte Resmi Buat Menaikkan/Menurunkan Penumpang Semua Bus Bebas Berhenti Dan Ngetem Dimana Saja (dok. pribadi)

Semua bus kota yang berkeliaran di Nepal memang buatan India. Merk busnya di antaranya ialah Mahindra, Tata, Eicher, Ashok dan lain lain. Kalau di Indonesia barangkali merk bus produksi bengkel "Las Bubut Dan Kenteng'"atau bengkel "Ahli Bikin Pagar Dan Teralis". Tidak bisa saya sejajarkan sama sekali dengan perusahaan Karoseri di Indonesia karena produk Karoseri Bus di Indonesia terlalu bagus apabila dibandingkan dengan bus jadul buatan India.

Tidak Ada Seragam Warna Bus Semua Pengusaha Bus Bebas Mewarnai Busnya (dok. pribadi)

Mesin bus di Kathmandu Nepal sangat berisik dan berasap. Kira-kira suaranya tidak jauh berbeda dengan suara Bajaj buatan India yang juga pernah berjaya di Jakarta. Sekali lagi pingin sekali saya ndelosor ndelosor lagi di tanah untuk sujud syukur karena bus di Indonesia yang sering saya naiki mesinnya Mercedez Bens.

Kelakuan Sopir Bus Kathmandu Sama Persis Dengan Sopir Metromini Jakarta Kejar Kejaran Berebut Penumpang (dok. pribadi)

Saya bisa rasakan, naik bus kota di Kathmandu hari ini jauh lebih sengsara dibanding dengan naik Metromini, Kopaja maupun PPD tahun 1980-an. Kalau ngetem nunggu penumpang penuh lamanya bukan main dan berkeringat. Kalau kejar-kejaran cari penumpang bisa tiba tiba ngerem mendadak menghindari tabrakan dengan sepeda motor yang tiba-tiba nyelonong di depan bus.

Ngetem Didepan Pasar Lamanya Bukan Main Untuk Jarak Beberapa Km Saja (dok. pribadi)

Saya nggak tahu sama sekali bahasa setempat, tapi umpatan semacam "Jancuk", "Matamu Picek", "Nggak Punya Otak", "Pingin Mati Ya" dll, seringkali terdengar baik diucapkan oleh sopir bus, kenek, kondektur atau pengendara sepeda motor yang mau ketabrak bus.

Di Kathmandu Juga Ada Yang Jual Es Jeruk Dan Es Teh Asongan Disodorkan Ke Penumpang Dari Jendela (dok. pribadi)

Yang paling sial kalau bus melakukan pelanggaran lalu lintas. Saya dengar sopir dan polisi debatnya lama sekali dan penumpang dibiarkan kepanasan di atas bus yang tanpa AC. Dari pembicaraan yang saya dengar, sepertinya si sopir tidak merasa melanggar lalu lintas dan si polisi ngotot terjadi pelanggaran lalu lintas. Saya yang nguping di sebelahnya sebenarnya bingung juga, yang dilanggar sebenarnya apa.

Angkutan Kota Made In India Bengkel Las Pagar Bikin Usaha Sambilan Membuat Bus Merknya Macam Macam (dok. pribadi)

Di Kathmandu secara umum bisa saya katakan tidak ada traffic light (hanya ada satu saja itupun mati). Tidak ada juga marka jalan atau pembatas antara jalur sepeda motor, jalur pejalan kaki, jalur bus dan jalur kendaraan pribadi. Tanda STOP dan larangan parkir juga tidak terlihat sama sekali.

Bus Merk Mahindra Karoseri India Tehnologinya Sangat Kadaluarsa (dok. pribadi)

Jadi, seandainya saya yang jadi sopirnya, sudah tentu saya akan bingung juga. Kalau tiba tiba dihentikan polisi dan harus bayar cepek kan lama-lama bisa bangkrut juga. Saya perhatikan banyak juga polisi yang terima cepek saat mengatur angkot dan bus umum.

Bus Merk Tata Dari India Jauh Bedanya Dengan Buatan Karoseri Di Indonesia (dok. pribadi)

Ruwet, Sepeda Motor Dan Bus Berjubel Setiap Hari Di Jalanan Kathmandu (dok. pribadi)

Bus India Merk Eicher Sama Saja Dengan Karoseri Bengkel Las (dok. pribadi)

Tidak Ada Lampu Pengatur Lalu Lintas Di Kota Kathmandu (dok. pribadi)

Polisi Kathmandu Pening Mengatur Lalu Lintas Karena Tidak Ada Traffic Light Dan Pembatas Jalan (dok. pribadi)

Baca Juga :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline