Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna. Mabuk oleh kekuasaan dan dibakar ambisi meraih popularitas, akhirnya terjerumus di jurang kehancuran.
Pengadilan memang masih di depan, untuk mengesahkan suatu kesalahan. Namun hukuman sosial telah dijalaninya dengan segala implikasi yang menghinakan.
Tampaknya ZZ masih kurang matang bermain di kancah politik. Ia dituduh memungut sejumlah uang dari para rekanan Pemprov, untuk memberi uang pelicin kepada Anggota DPRD agar meloloskan RAPBD - sesuatu yang nampak janggal karena RAPBD itu tanggungjawab bersama Gubernur dan DPRD.
Ia juga pernah melukai perasaan para medis di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan menendang kursi karena mendapati perawat dan dokter tertidur pada pukul 02.00 dinihari, saat ia melakukan sidak.
Di kalangan birokrat senior ia juga kerap dianggap berperilaku kurang santun. Ketika sedang berbicara, sedang makan dan cara berpakaian.
Kini ia menerima hujatan masyarakat menyusul ketelanjuran yang pernah ia lakukan. Para birokrat senior tidak menaruh belas kasihan. Dan seluruh para medis RSUD membullynya di media sosial. Seolah-olah kini ZZ hidup sendiri di dunia ini.
Bagi gubernur lainnya yang belum tertangkap ada baiknya belajar secara arif dari kejadian ini. Bahwa tak perlu 'ngoyo' atau ngotot meraih prestasi ataupun popularitas. Tak ada gunanya itu. Kemajuan suatu daerah tidak hanya menjadi tanggungjawab gubernur. Susana ada pejabat lainnya, baik instansi horizontal maupun vertikal yang sama-sama memikul tanggungjawab membangun daerah.
Jika ada perugas rumahsakit kedapatan tertidur, jangan menendang pintu atau jendela untuk membangunkannya, melainkan beritahulah kepala rumahsakit untuk menegurnya. Jika DPR tak mau meloloskan RAPBD, biar saja, toh rakyat pemilih juga nanti yang menilai wakilnya. Jangan sekali-kali melakukan korupsi untuk diberikan kepada orang lain, siapa pun itu. Dan jangan terlalu sering mengadakan acara di kediaman dinas, karena ujungnya nanti akan menyediakan makan minum yang sangat besar dananya.
Biarkan mengalir saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H