Lihat ke Halaman Asli

Syukurlah, Harga Beras Naik

Diperbarui: 17 Januari 2018   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ada banyak ironi dalam praktek kebangsaan kita, dikaitkan dengan dunia per-beras-an. Kita mengaku sebagai negara agraris tetapi tidak malu menjadi importir bahan pangan. Kita bangga memiliki negeri yang subur dan makmur tetapi membiarkannya ditumbuhi alang-alang. 

Terakhir ini, kita mengaku sebagai produsen beras tetapi ribut jika harga beras naik. Lha, maunya masyarakat ini apa?

Jika buruh pabrik atau pegawai negeri yang mengeluh kesulitan dengan naiknya harga beras, masih masuk akal. Tetapi kalau petani sendiri yang keberatan, ini kan namanya dunia jungkir-balik!

Saya yakin petani pun bergembira dengan kenaikan harga beras. Kalau ada yang mengatakan petani keberatan dengan kenaikan harga beras, itu adalah mereka yang sudah mulai rusak ingatan. Memang banyak juga pengamat sosial  ekonomi yang sudah pikun.

Yang pokok, untuk memajukan pertanian itu maka hidup petani haruslah sejahtera. Petani harus bisa memasuki kelas ekonomi menengah keatas dari hasil pertaniannya.

Itu artinya harga komoditi pertanian harus naik. Bila perlu naik berlipat-lipat dari yang sekarang.

Ini baru naik sedikit sudah ribut. Cengeng sekali!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline