Lihat ke Halaman Asli

Kesalahan Thamrin Amal Tomagola!

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Memanglah, surga dan neraka itu hanya dibatasi selembar selaput tipis. Dalam acara 'cuci-muka' pakai teh kemarin itu, ada orang menyalahkan Tomagola, tapi lebih banyak yang menyalahkan Munarman. Alasannya, karena Tomagola lebih tua, telah professor pula. Sudah seharusnya Munarman menghargai orang tua. Akan tetapi saya pribadi - sudah tua juga - khusus terkait debat panas itu tanpa ragu-ragu sedikit pun menyatakan kesalahan terbesar ada pada Tomagola.

Alasannya?

Ya, itu tadi, karena Tomagola lebih tua dan telah menyabet gelar professor pula. Sebagai orangtua bergelar professor sekaligus sosiolog terkemuka, seharusnya Tomagola lebih paham situasi, lebih mengayomi. Tetapi memang Tomagola tidak mencerminkan kedalaman ilmu. Dalam beberapa kali berdebat di televisi ia tampil provokatif, bernuansa sara, tukang ngengkel, acapkali nyaris ditempeleng orang. Tak kapok-kapok juga. Bagi yang tak percaya pernyataan ini silakan buka youtube, cari Debat Tomagola. Yang senang melihat caranya berarti seperguruan dengannya!

Saya bisa bayangkan, jika di lingkungan tempat tinggalnya ia juga terbiasa berdebat dengan cara seperti itu, besar kemungkinan ia pernah dilempar sandal oleh tetangganya. Mungkin juga sudah pernah disiram kuah sayur oleh isterinya. Masih untung kemarin ia berdebat dengan Munarman, sebab kalau ia berdebat dengan anak-kandungnya seperti itu, bisa-bisa anaknya itulah yang menyiramnya dengan air. Itu lebih fatal akibatnya, soalnya neraka hitungannya!

Di antara nilai penting dalam pergaulan adalah yang tua mengayomi yang muda dan yang muda menghormati yang tua. Harus yang tua terlebih dahulu menunjukkan pengayomannya barulah yang muda memberikan penghormatannya. Pada titik ini, jika yang tua tak berhasil memberikan pengayoman maka yang muda pun akan gagal memberi penghormatan. Dengan kata lain, jika yang muda melecehkan orangtua maka yang salah adalah yang tua itu. Kesalahannya, gagal mengayomi!

Istilahnya, makin tua makin berisi, bukannya makin tua makin berisik. Tandanya lebih banyak memakan asam-garam, jadilah lebih bijaksana menjalani kehidupan!

Pada kejadian kemarin itu seharusnya Tomagola menghitung benar watak lawan debatnya. Bagaimana pun Munarman adalah pentolan FPI, ia punya beban berat, ia punya misi untuk bicara. Beban sosial Munarman jauh lebih berat daripada Tomagola, maka ia ingin bicara. Untuk itulah ia beringan langkah datang pagi-pagi. Kalau hanya untuk diceramahi atau disalah-salahkan, sudah tentu Munarman tak bakal datang. Munarman telah mengajukan protes kepada moderator mengenai keberatannya, tetapi moderator memang punya misi adu-domba, dan Tomagola tampak menikmati kedongkolan lawan debatnya. Begitu Munarman mendapat kesempatan bicara, Tomagola pun berusaha memotongnya, menunjuk-nunjuk mukanya……., maka terjadilah penyiraman itu. Masih untung gelasnya tertinggal, hanya airnya yang sampai!

Tapi terserahlah pendapat orang per orang. Sekarang ini jamannya demokrasi lintang-pukang. Bebas sebebas-bebasnya. Kalau tak mau dengar tutup telingamu, kalau tak mau lihat tutup matamu. Setiap orang boleh menghujat, menghasut, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, menuduh korupsi, menyebarkan gosip, dll. Maka benarlah Munarman. Kalau tak mau jadi bulan-bulanan fitnah, lakukan pembelaan diri. Tak bisa dengan segelas air, gunakan tinju!

Semoga pemerintahan yang bodoh ini segera berakhir!

Gitu aja kok refot!

****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline