Lihat ke Halaman Asli

Dahlan Iskan, Tega Nian Dikau!

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari sepuluh menjadi dua, lalu setelah dicibir disana-sini disusulkannya enam nama lagi. Dari rencana buka-bukaan menjadi surat-suratan. Dari tuduhan memerasmenjadi sekedar minta jatah. Dari memiliki bukti otentik menjadi katanya dirut-dirut saya. Konon, lelaki paling tangguh adalah yang paling setia memegang janji. Lelaki yang terbiasa ingkar janji maka ia tak lebih dari sekelas Bang Thoyib, tiga kali lebaran tak pulang-pulang. Padahal Pak Dahlan Iskan bukanlah satria bergitar atau pesuling dangdut!

Persoalan korupsi telah menggerogoti keuangan negara ini begitu parahnya, menjauhkan rakyat dari keadilan dalam kemakmuran yang telah menjadi cita-cita bersama. Tidak hanya dilakukan oleh oknum Anggota DPR, tetapi juga oleh aparat pemerintahan, pejabat-pejabat BUMN, penyelenggara haji dan percetakan Al-Qur’an, institusi kepolisian, kehakiman….. semuanya! Maka ketika Dahlan Iskan menabuh genderang perang melawan korupsi, semua orang langsung terhenyak. Ini akan menjadi perang bharatayudha!

Tetapi perang itu tak kunjung terjadi. Malahan DI mulai ancang-ancang balik gagang. Maka mesti dipahami bahwa amukan Dahlan Iskan itu berawal tudingan Audit BPK yang menyatakan DI memboroskan uang negara Rp. 37,6 trilyun semasa menjabat Dirut PLN. Hal lain yang penting pula adalah, nama Dahlan Iskan termasuk salah satu yang disebut Nazaruddin ikut menikmati duit haram Proyek Hambalang!

“Saya sudah sampaikan ke BK DPR. Terserah saja, apakah akan ditindaklanjuti atau tidak, itu terserah BK DPR!” demikian Pak DI berkilah, yang langsung disambut pendukungnya dengan tepuk-sorak membahana.

“Tak ada sesuatu yang signifikan disampaikannyake BK DPR!” jawab sang Ketua BK.

Akhirnya aksi buka-bukaan tak pernah terjadi. Persoalan uang negara yang Rp. 37 trilyun mulai dilupakan, ditindih oleh persoalan berikutnya. Sedangkan catatan 10 nama pemeras di kantong celana Pak Dahlan Iskan pun mulai lusuh, kemungkinan sudah ikut tercuci sehingga benyet. Meskipun dicoba dijemur lalu diseterika, tetap tak bisa dibaca lagi. Hilang sudah!

Sementara itu pro-kontra terus berlangsung di jagat maya, termasuk di Kompasiana. Terdiri dari penulis-penulis hebat dengan reputasi hebat. Ada yang mendukung cara Dahlan Iskan mengakhiri perseteruan ini, tetapi tak sedikit yang mengkrtitisinya.

Bagi yang kritis terhadap Dahlan Iskan, tidak terlalu menguras pikiran.

Tapi bagi pendukung Dahlan Iskan, pekerjaan ini sungguh melelahkan. Bagaimana mereka harus memposisikan tokoh pujaannya sebagai orang yang gentleman meskipun ingkar janji. Mengatakannya lugas meskipun berbelit-belit. Menyebutnya pemberani meski menyebut satu nama pun tak bernyali…..

Tega nian, Pak Dahlan Iskan, membebani para pemujanya dengan persoalan yang nyaris tak tertahankan!

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline