Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Ditabrak Sepeda Motor

Diperbarui: 4 April 2017   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13371218916053453

O, dunia! Inilah akibatnya tak terbiasa jauh dari keluarga. Merenung-renung jadinya, rindu juga kepada perempuan cerewet itu. Mungkin karena terbiasa dicereweti, menjadi sepi dunia ini. Sudah sepuluh hari di Bandarlampung, belum tahu juga kapan akan kembali.

Kemarin sore keluar dari losmen kecil tempatku menginap (aku tinggal di losmen karena menyukai situasinya dan bayarannya juga hehe), masih dengan kepala menunduk karena rindu, duh, duh…. hendak mencari warung rokok. Berjalan kaki di bawah pohon angsana yang rimbun itu membuatku bertambah sentimental. Temaran menjelang gelap, tak ada lampu penerangan pula. Mungkin ada kuntilanak di pepohonan kota ini….

[caption id="attachment_181678" align="alignleft" width="150" caption="Photo dok pribadi"][/caption] Tiba-tiba sesuatu menyerudukku dari belakang. Kasar sekali caranya, seperti kerbau mengamuk, meskipun aku belum pernah diseruduk kerbau. Aku tak sempat berpikir apa pun karena hebatnya terjangan itu. Aku terjatuh ke belakang, mendengar bunyi besi-besi beradu dengan aspal, dan aku terduduk di atas seonggok daging besar, ialah pengendara motor itu. Rupanya seorang bujang tanggung berusia sekitar 14 tahun yang sangat gemuk.

Aku berdiri, kuatir juga yang kududuki itu tak bangun lagi. Rupanya ia pun segera berdiri. Spion dan lampu motornya berhamburan di jalan.

“Maaf, Om, aku tidak melihat ada orang tadi….” ia berkata.

“Kenapa kamu, he? Kamu tidak apa-apa?”

“Maaf, Om, lampu motorku mati. Maaf, ya, Om, aku tak sengaja!” katanya lagi. Kini ia telah menegakkan sepeda motornya dan berusaha menghidupkannya. Aneh juga, motor sudah berantakan begitu masih bisa hidup, stang-nya mencong. “Nanti kuberitahu Ibuku!”

“Ya, sudah, pergilah!” jawabku. Agak lega juga menyadari bahwa anak itu tidak pecah perutnya ketikakududuki. Kalau tidak karena bantalan itu, mungkin parah juga situasiku jatuh terduduk di atas aspal.

Setelah kembali ke losmen, kuperiksa hasilnya. Betis kanan terluka kena goresan, sedangkan betis kiri melepuh terkena knalpot. Yang kutunjukkan dalam postingan ini betis kiri.

Tak apa-apalah, untuk pengalaman. Masih untung cuma begitu.

Sebagai info tambahan, aku baru saja membuka HP untuk melihat sms masuk. Ternyata kawanku, seorang pilot Garuda telah menjawab. Sebelum tidur aku bertanya kepadanya, pada frekwensi berapa sesungguhnya radio ELT (emergency locator transmitter) bekerja? Kok ada informasi pesawat Shukoi menggunakan frekwensi lama 121.5 MHz. Apakah ada frekwensi baru?

Ia menjawab persis begini: Frekwensi ELT bekerja pada 121.5 MHz dan 243.0 MHz continue operate. Transmit every 50 seconds long message. Always Elang Sakti.

Jadi, frekwensi 121.5 itu adalah benar. Alat itu tidak bekerja karena rusak oleh hempasan. Begitulah menurutku arti jawaban kawanku yang biasa menempuh rute Jakarta - Los Angeles itu.

Selamat pagi, Kompasiana!

****

Add. Tengkubintang, kaki adem.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline