Lihat ke Halaman Asli

Humor Singkong Kashesa

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

133757591289780582

[caption id="attachment_182729" align="aligncenter" width="300" caption="Bukan Singkong Racun (dok. pribadi)"][/caption] Terkenang peristiwa unik sepuluh tahun lalu di Bandarjaya, Lampung, saya tak habis pikir betapa manusia sangat mudah teledor. Ketika itu A Hong, teman Tionghoa saya yang pengusaha kebun singkong, mengajak saya ke rumahnya untuk memperkenalkan beberapa jenis singkong racun yang potensial untuk di budidayakan. Di antaranya adalah singkong kashesa dan adhira. Kami mengamati singkong percontohan itu di samping rumahnya, sudah tinggi-tinggi. Masing-masing ditanamnya 20-an batang dengan perawatan sempurna. Sebagai bahan perbandingan, pada petak di sebelahnya ditanaminya juga singkong makan yang bernama singkong melati dan mentega. Begitulah ia bercerita. "Singkong racun ber-umbi lebih banyak, lebih menguntungkan," demikian Si A Hong yang memang pebisnis itu, "Bisa kita buktikan sekarang!" "Mari kita lihat!" saya bersemangat. Maka kami pun mulai mencabut. Setelah empat batang singkong rebah, A Hong kembali menunjukkan ilmu per-singkong-annya. Dengan sangat piawai ia menunjukkan perbedaan antara singkong racun dengan singkong makan, berikut kelebihan dan kekurangannya. Saya tahu ia sedang berpromosi agar saya bersedia membeli bibit singkong kashesa itu darinya. Dasar pedagang! Tapi ketika itu saya lebih berminat dengan singkong mentega. Masalahnya di dekat kami ada tumpukan api yang sedang menyala, "Api ini jangan disia-siakan, Pak A Hong!" "Ha ha ha, mari, mari....!" Kami pun segera terlibat pesta singkong. Bakar bersama kulitnya. Belum matang benar sudah dicoba. Bakar lagi, sorong lagi, pakai penjepit. A Hong mengambil saus ke dalam rumah, saya mengambil air minum dari mobil. Pesta lagi. Mulut sampai hitam-hitam terkena arang. Pesta hampir usai ketika isteri Ahong muncul dari dapur dengan mata membelalak. "Singkong racun, ha? Mau mati kalian, ha? Haiya.....!" "Ini singkong mentega, Bu", saya menjawab. "Haiya! Singkong mentega di sebelah sana, dijauhkan!", katanya sambil menunjuk ke seberang halaman, "A Hong sudah gila, ha? Bagaimana ini, ha? Haiya.......!" Saya dan Ahong saling berpandangan. Memegangi perut masing-masing, lalu meraba tenggorokan. Mencoba merasakan sesuatu.... "Bagaimana ini, Pak Tengku? Maaf, rupanya saya keliru....!" "Lho, mau apa lagi? Kita tinggal menunggu reaksinya. Begitu terasa pusing, kita lari ke rumah sakit. Untuk sekarang ....., mari merokok. Minta isterimu bikin kopi!" Lalu kami segera terlibat diskusi panjang. Dari kebun singkong sampai kebun sawit. Dari Selat Sunda sampai Selat Hormuz. Dari beternak kelinci sampai beternak gajah. Tak terasa senja jatuh, azan maghrib berkumandang. Saya menunaikan shalat maghrib di rumah Ahong. Selanjutnya dengan ditemani isterinya, kami menuju rumah makan Khas Sunda, untuk menutup pesta besar hari itu. Ha ha ha.... [caption id="attachment_182730" align="aligncenter" width="300" caption="Memfasilitasi pembudidayaan singkong kashesa dan adhira merupakan salah satu program kerja Bpk. Amalsyah Tarmizi, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, jika terpilih menjadi Gubernur Lampung pada Pilkada 2013 mendatang. (photo repro Radar Lampung)."]

1337576279102287823

[/caption] ***** Add. Tengkubintang, kuliner cowboy-6



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline