Lihat ke Halaman Asli

Tiga Srikandi Hari Ini

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam perjalanan singkat meninggalkan kota kecil tempat saya tinggal hari ini, saya menemukan (tiga) wanita istimewa. Setiap saya menyelami keperibadian unggul seorang wanita, saya selalu tertarik menyebutnya Srikandi. Itu sangat mengesankan. Itu membuat saya memperlambat laju mobil, dan mulai menikmati lagu Jangan Sakiti Hati-nya Iis Sugianto. Ah, ya, sampai sekarang saya masih menyukai lagu itu!


Srikandi Pertama, seorang gadis di tengah ladang cabe. Tampilannya tidak segemerlap photo yang biasa Anda lihat di kalender. Tapi untuk ukuran kampung, saya berani katakan bahwa gadis ini cantik gilang-gemilang. Apalagi senyumnya yang mekar berser-seri. Itu karena di pelukannya ada ombrong, anyaman bambu sebesar ember, penuh berisi lombok. Anda tahu harga lombok sekarang sedang meroket, bukan? Ya, Rp. 50.000,-/kilogram di tengah ladang. Dengan 2 hektar yang dimiliki keluarga itu, saya yakin orangtuanya mampu membelikan emas perhiasan semegah-megahnya untuk anak gadisnya. Kebanyakan kompasianer mungkin tak menyukai berita ini, karena tak pernah menanam lombok. Tapi sebagai negara agraris dimana lombok dapat tumbuh hampir di seluruh penjuru nusantara - bahkan dalam pot di depan rumah - perkembangan ini patut kita syukuri. Setidaknya membuat petani kita sejenak menarik nafas lega


Srikandi Kedua, seorang wanita peternak jangkrik. Anda tahu jangkrik? Serangga sejenis belalang yang sangat disukai burung peliharaan. Mengerjakannya tidak butuh tenaga kuat, sehingga layak ditangani wanita. Dengan 20 kotak tripleks yang dimiliki wanita itu, ia mampu ia mendulang uang Rp. 5 juta per bulan. Seorang pedagang jangkrik setia mendatanginya untuk panen sekali sebulan. Dua isi kotak ditimbang di depan mata saya, total semuanya 15 kilogram. Sekedar Anda tahu saja, saat ini harga jangkrik adalah Rp. 60.000.-/kilogram. Kemudian dari pedagang itu pula saya tahu, bahwa kebutuhan jangkrik untuk Kota Jakarta saja (untuk burung piara, tentu) diperlukan 1 ton setiap harinya. Wah, bukankah ini lapangan kerja yang luar biasa?


Srikandi Ketiga, ini yang tak enak. Di pertigaan jalan saya temukan seorang anak perempuan, sekitar 4 tahun, cantik dan manis, tapi ia sedang mengemis. Saya merinding membayangkan kalau-kalau anak ini korban penculikan yang dipaksa mengemis. Itulah yang terbersit di hati saya. Sayang, saya tak punya kamera untuk menampilkan photonya di sini. Bukankah pada umumnya pengemis itu diorganisir, di antar dan dijembut oleh seseorang di balik layar?


Salam.


*****




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline