Lihat ke Halaman Asli

Review Novel Aradea (karya Rudie Chakil)

Diperbarui: 2 September 2016   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: dongengbudaya.wordpress.com

Novel Aradea yang merupakan terbitan Jentera Pustaka ini saya beli beberapa bulan lalu, langsung dari tangan penulisnya, Mas Rudie. Sayang tak sempat minta tanda tangan. Bukunya tidak terlalu tebal, hanya kisaran 200 halaman, dengan cover warna biru indigo yang kebetulan saya juga suka warnanya.

Sebenarnya sudah lama saya selesai baca buku ini, dan belum laporan ke penulisnya, jadi laporan saya sampaikan langsung saja di sini berikut dengan review kacangan dari pandangan super subjektif selera saya. Bagi saya, setiap tulisan pasti memberikan pembelajaran yang unik, baik itu belajar dari kelebihan maupun kekurangannya. Nah, inilah hal-hal yang saya dapatkan dari novel tersebut:

Judul dan penulisan

Judulnya Aradea, dengan tulisan kecil Indigo Romance di bawahnya. Dikisahkan dalam novel ini, Aradea merupakan nama salah satu tokoh protagonis utama yang memiliki kemampuan di luar batas manusia normal layaknya orang indigo. Dan karena cerita dalam novel ini termasuk dalam kisah percintaan dari Aradea juga, jadi menurut saya tambahan kata 'Indigo Romance' sudah sesuai sebagai bagian dari judul.

Cara Mas Rudie menuliskan ceritanya dalam buku ini bisa dikatakan tidak berbelit, enak dibaca, dan mengalir deras bagai banjir bandang. Meski ada beberapa typo yang menurut saya cukup banyak, tapi tetap tidak menghilangkan fakta bahwa saya banyak belajar dari buku ini cara untuk memaparkan cerita yang enak dibaca.

Sesekali Mas Rudie juga menambahkan beberapa kalimat nasihat atau sajak-sajak puisi di dalamnya, mengingatkan saya pada novel trilogi LOTR. Terkesan memiliki nilai artistik yang tinggi bagai melukis dengan kata-kata khas Mas Rudie dan sekaligus motto dari fiksiana komuniti 'melukis dengan kata'.

Plot dan Setting

Jalan cerita novel ini diawali dengan memperkenalkan Lina Carolina, salah satu protagonis utama yang menjadi tokoh sentral di mana permasalahan itu berkutat nantinya, lalu dilanjutkan perkenalannya dengan Aradea. Kehidupan serba berkecukupan gadis bernama Lina ini, ternyata bukanlah jaminan untuk mendapat jalan hidup tanpa rintangan. Karena janji orang tuanya pada seseorang, Lina harus menjalani perjodohan, sayangnya, lelaki yang dijodohkan itu bukanlah lelaki yang bisa dicintainya. Akhirnya timbul banyak permasalahan dari ketidak nyamanan gadis itu.

Bisa dibilang, plotnya sederhana, mudah diikuti, dan tidak berputar-putar bagai benang kusut. Hampir semua yang tertulis memiliki penjelasan rasional. Perpaduan seting religius, budaya modern anak muda, dan tradisional jawa yang digambarkan pun bukan mengurangi kejelasan jalan cerita, tapi malah membuat jadi semakin menarik. Untuk kekurangan dalam seting ini, mungkin terletak pada istilah-istilah supernatural dan tradisional yang tak dijelaskan. Mungkin bagi pembaca dari kalangan tertentu memang tidak memerlukannya, tapi kebetulan pengetahuan saya pada hal-hal itu sangat minim, jadi ada beberapa hal yang membuat saya terpaksa bertanya mbah google.

Penokohan

Sebuah cerita memang tidak akan menarik tanpa adanya peran dari tokoh-tokoh yang bervariasi. Dari plot yang dipaparkan, secara garis besar, saya menangkap maksud Mas Rudie ingin membuat pembaca untuk kagum pada Aradea, membenci Wahyu, dan menaruh rasa simpati pada Lina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline