Lihat ke Halaman Asli

Hasan Faizal

Rakyat Indonesia

Eksistensi Mitos di Masa Kini

Diperbarui: 28 Juni 2020   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Dariusz Sankowski on Unsplash

Mitos tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Adanya mitos yang berdampingan, membuat masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, baik sadar maupun tidak sadar, tidak melewati batas dan melakukan sesuatu yang dapat membahayakan dirinya maupun orang lain. Akibat tersebut tentu saja rata-rata dapat dijelaskan oleh logika akal sehat manusia.

Misalnya mitos orang tidak boleh duduk di depan pintu, jika dijelaskan mengapa tidak boleh duduk di tempat itu karena tempat itu adalah jalan masuk dan keluar rumah. Satu lagi mengenai mitos tidak diperbolehkannya seseorang memakai pakaian hijau di dekat pantai yang ombaknya kencang.

Tentu saja alasan yang logis untuk dijelaskan pada mitos itu adalah jika orang yang memakai baju berwarna hijau terseret ombak, maka orang-orang yang bertugas sebagai tim penyelematan akan kesulitan menemukan dirinya.

Mitos di Indonesia sampai saat ini masih bisa ditemukan. Keadaan ini merupakan hasil dari penceritaan turun-temurun dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Hampir setiap mitos di daerah-daerah masih bisa ditemukan. Itu sebabnya, mitos-mitos tersebut masih lestari hingga sekarang.

Keadaan ini juga terjadi di perkotaan. Mitos masih dapat dijumpai di seluk-beluk peradaban manusianya. Di perkotaan, mitos tidak hanya ada dalam bentuk yang sama seperti di daerah; berbentuk cerita yang dituturkan. Mitos dalam peradaban kota sudah dikembangkan dan berevolusi dalam bentuk-bentuk yang lebih modern.

Bentuk modern pada mitos yang paling terlihat adalah, peralihan dari lisan ke tulis. Mitos-mitos tersebut oleh beberapa penerbit dibukukan dan diedarkan ke toko-toko buku. Tidak hanya itu, dalam buku tersebut biasanya diberi sebuah ilustrasi yang sangat bagus dan sangat mewakili isi dari mitos yang ada di dalam bukunya.

Pengubahan bentuk tersebut bisa saya sebut juga sebagai kegiatan alih wahana. Mengapa saya sebut demikian, karena usaha alih wahana pada mitos ini merupakan suatu hal yang membangun dan memoles kembali mitos dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan keadaan zaman. 

Karena yang seperti kita tahu, bahwa setiap zaman pasti memiliki momentum dan trend yang berbeda. Momentum dan trend tersebut selalu bersentuhan dengan yang namanya budaya populer.

Nah, ada satu hal yang mengganggu benak saya ketika mempertanyakan bagaimana kelanjutan eksistensi mitos ini pada saat Revolusi Industri 4.0 seperti sekarang atau bahkan sesudahnya? Pertanyaan itu muncul karena Indonesia ini terdiri dari belasan ribu pulau. Pulau-pulau tersebut terdiri dari pulau besar, pulau sedang, pulau kecil, juga gugusan-gugusan pulau yang lebih kecil.

Melihat hal ini, tentu saya kira walau terdapat beberapa mitos yang masih eksis sampai sekarang, namun ada hal lain yang tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga mitos-mitos yang punah. Mitos-mitos tersebut bisa jadi punah karena tergerus oleh dominasi kebudayaan populer, maupun memang tidak sempat diturunkan dan didokumentasikan dengan alasan lain yang saya sendiri belum tahu.

Kemungkinan-kemungkinan punahnya mitos ini bisa jadi berlanjut hingga saat ini jika mitos-mitos yang ada sekarang tidak dirawat dan dijaga serta dilestarikan. Jika sebuah mitos punah, maka sia-sia jerih payah dan kerja keras dari buah pikiran leluhur di masa lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline