Apa jadinya kalau Ibu kita bekerja sangat keras untuk memperjuangkan masa depan kita? Yang pasti, kita sangat memikirkan dan berusaha untuk mengurangi bebannya.Beliau adalah Ibu kandung dari saya sendiri yang menjadi salah satu inspirasi dan motivasi dalam fokus ke bidang pertanian yang saya lakoni sekarang dalam perkuliahan.
Dalam artikel ini, saya akan mengajak teman-teman semuanya untuk mengenal lebih dekat secara singkat perjuangan seorang wanita perkasa yang menginspirasi saya serta banyak orang.
Wanita kelahiran Toraja, 1 Maret 1967 itu bernama lengkap Lidwina Arrungan,SE. Beliau merupakan anak pertama dari 6 saudaranya. Saya mendengar dari banyak orang serta mendengar langsung dari Ibu mengenai kehidupannya di masa lampau. Beliau dikenal banyak orang karena orangnya yang kerja keras, pandai bergaul dan Ibu yang periang hahaha.
Sekarang, mari kita menulusuri perjalanan kisah beliau dalam bidang pertanian dan perkebunan. Ibu saya adalah lulusan sarjana ekonomi dari Universitas Hasanuddin Makassar.
Beliau membiayai kuliahnya sendiri dari hasil usaha parttime job dalam selah waktu kuliahnya. Berbeda dengan saya yang sekarang kuliahnya dibiayai, dulu ibu yang berjuang sungguh-sungguh untuk menggapai cita-citanya dengan mencari cara agar dapat lanjut kuliah.
Setelah lulus kuliah, ibu saya masuk di bagian perkebunan Sulawesi Selatan. Dari situ, ia sering dipercayai untuk menangani pembibitan dalam bidang tanaman perkebunan maupun konservasi dan reboisasi hutan. Tender demi tender sering diajukan demi mendapatkan kepercayaan dalam mengerjakan proyek meskipun terkadang tender beliau ditolak entah karena banyaknya saingan maupun dari hilannya rasa kepercayaan. Ibu saya adalah sosok yang pemberani dan mau belajar dari berbagai kesalahannya.
Uang dari hasil pekerjaan tender dan dari penghasilan Ayah sebagai dosen di Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar(PIP) ditabung untuk membeli tanah di perkampungan buat diinvestasikan untuk membuka lahan sendiri. Pada zaman itu, Ibu sering membuat bibit kakao untuk diperjualbelikan, meskipun terkadang apa yang dibibit itu gagal entah pengaruh cuaca maupun pengaruh hama.
Beliau juga pernah tertipu saat membeli bibit yang membuat kerugian yang sangat besar, dari situ beliau banyak belajar cara menentukan bibit yang bagus, melihat cuaca yang baik saat ingin membibit serta cara penanganan hama yang benar.
Tidak hanya di bidang pertanian, beliau juga pernah bekerja sebagai kontaraktor dan sudah beberapa kali mendirikan bangunan yang dia rancang. Beliau juga dipercaya dalam memegang proyek dalam renovasi sekolah- sekolah maupun rumah sakit. Ibu adalah orang yang sangat tertantang dengan hal yang mungkin mustahil dia lakukan dan dari itu pula juga sering melupa kondisi kesehatannya.
Semenjak kerja, beliau sering meninggalkan keluarganya yang di Makassar karena pekerjaanya di kampung di bidang pertanian. Anak-anaknya yang ditinggal kerja awalnya sering nangis karena Ibu pergi kerja keras keluar kota.
Anak-anaknya lama kelamaan mulai mengerti apa yang dilakukan orang tuanya kepada mereka dan itu yang membuat anak-anaknya bisa lebih mandiri jika tidak bersama orang tuanya.