Pagi yang cerah, sinar mentari menyembul di balik jendela kamar yang tirainya telah di buka Arti satu jam lalu. Ini sudah keempat kalinya Arti membujuk anaknya untuk bangun.
"Bintang. Ayo bangun sayang!"
"Kau terlambat lagi! Sudah hampir jam tujuh, kau juga belum Shalat Subuh."
Arti menguncang badan anak satu-satunya agar mau bergegas ke kamar mandi. Bintang malah semakin nyenyak, tidurnya pulas sekali.
Arti merasa gagal mendidik Bintang untuk disiplin. Bintang tidak seperti anak teman-temannya yang rajin dan penurut. Bintang sangat pemberontak dan tahu betul apa yang diinginkan. Terbayang di benak Arti percakapan saat Bintang baru seminggu masuk sekolah dasar yang dekat dengan rumah, hanya butuh waktu sepuluh menit bila berjalan kaki.
"Ma, buat apa sih sekolah?" Tanya Bintang dengan nada kesal, bibir mungilnya makin terlihat kecil saat cemberut.
"Kenapa sayang? Kok nanyanya seperti itu?" Arti balik bertanya.
Arti penasaran akan sikap Bintang, apa gerangan yang membuat anaknya tak senang bersekolah. Berbeda jauh saat dirinya pertama kali bersekolah. Ia sangat antusias bertemu teman-teman barunya.
"Bintang bosan, Ma!"
"Besok Bintang nggak mau sekolah!"