Lihat ke Halaman Asli

Pilkada DKI Jakarta 2017 Rasis?

Diperbarui: 4 April 2017   18:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada DKI Jakarta 2017 bisa dikatakan paling rasis diantara semua Pilkada pasca Reformasi di Indonesia. Terbukti dari hasil putaran pertama tgl.15 Pebruari 2017 yang lalu,dimana terlihat ada beberapa TPS yang mayoritas pemilihnya dari kaum Tionghoa dan beragama Kristen,suara Ahok di TPS-2 tersebut bisa mencapai lebih dari 95% atau menurut hasil survei dari lembaga-lembaga survei independen,suara pemilih kaum Tionghoa & Kristen/Non Muslim hampir diatas 90% berpihak ke Ahok. Demikian pula dengan sebaliknya,untuk TPS-2 yang mayoritas pemilihnya adalah pribumi dan Muslim,suara AHY & Anies sangat dominan di TPS-2 tersebut.

Kebanyakan Pemilih Pribumi & Muslim "lebih jujur" dalam mengungkapkan kenapa mereka tidak memilih Ahok ; Jujur dalam hal ini memang ada rasa ketidak-sukaan terhadap Ahok karena kasus Al-Maidah 51 yang sekarang ini sedang disidangkan oleh PN Jakarta Utara, dan juga kepribadian Ahok lainnya yang dinilai tidak pantas memimpin rakyat Jakarta. Demikian pula pemilih dari kalangan Muslim yang memilih Ahok dinilai "lebih jujur" karena melihat dari segi kinerjanya Ahok selama menjadi Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta,walau dalam hal ini ada juga yang memilih karena faktor politik,yaitu sebagai pendukung Jokowi dan juga Partai Politik yang mengusung Ahok pada Pilkada 2017 ini.

Pemilih dari kaum Tionghoa & Kristen kurang terbuka dalam mengungkapkan "kebenaran"nya kenapa mereka memilih Ahok ; Yang terungkap adalah karena masalah kinerja Ahok. Tetapi bila ditelusuri dari sejarah Pemilu di Indonesia,tidak ada dalam sebuah PEMILU pasca Reformasi,perolehan suara di TPS  mengikuti pola jumlah Suku,Agama,Ras dari masyarakat yang memilih di TPS tersebut. 

Timbul pertanyaan yang menggelitik,"....Kalau AHOK itu bukan seorang Tionghoa,dan bukan Kristen...Apakah kaum Tionghoa & Kristen/Non Muslim dalam memilih AHOK di Pilkada DKI Jakarta 2017 ini pola jumlah perolehan suaranya akan mengikuti jumlah Suku,Agama dan Ras dari masyarakat pemilih di TPS tersebut...???"

Pertanyaan diatas,diyakini akan dijawab "TIDAK" oleh kebanyakan orang...! Sebab dalam sejarah Pilkada,suara perolehan akan terpecah belah dan tidak ada calon yang perolehan suaranya lebih dari 95% atau 100% ,bahkan di TPS yang merupakan basis dari calon peserta Pilkada....! Dalam Pemilu Legilslatif atau Pemilu Presiden pun tidak pernah dijumpai fenomena seperti yang ada di Pilkada DKI Jakarta 2017 ini.

Artinya,Pilkada DKI Jakarta 2017 disinyalir banyak pihak berbau rasis,baik dari pihak pendukung Ahok maupun dari pihak pendukung lawan Ahok. Hanya sedikit sekali para pemilih yang memilih berdasarkan kinerja & program kerja Calon Gubernur yang menyalonkan di Pilkada 2017 ini.

Lihat saja bagaimana ketika seorang Tionghoa & Kristen yang tidak mau memilih Ahok karena alasan-2 tertentu ,mereka di bully habis-2an oleh kaumnya,demikian pula ketika seorang Muslim ingin memilih Ahok maka yang terjadi juga disingkirkan oleh kaumnya. Perpecahan pertemanan di media sosial akibat Pilkada DKI Jakarta 2017 mencemaskan banyak pihak. Mereka tidak menyadari sedang menyakiti saudara-saudara kaumnya sendiri,atau saudara-saudara seimannya. Tanpa disadari,kekalahan & kemenangan yang akan terjadi sama saja mengoyak nilai-nilai persaudaraan yang sudah terjadi sebelum Pilkada ini ; Karena bila Ahok menang,maka berarti ada sebagian orang Muslim yang merasa ISLAM-nya berbeda dengan keislaman dari lawan-lawan AHOK,sehingga umat Islam merasa terancam dengan perpecahan .....! Demikian pula bila Ahok kalah,maka ada perasaan "terancam" dari kaum yang selama ini dianggap Minoritas di negeri ini terhadap perilaku dan sikap dari kaum mayoritas...! Semua sebenarnya memendam rasa khawatir,karena pada dasarnya bukan lagi politik yang benar,tetapi karena rasisme ...!

Ketika itu diperhadapkan pada sebuah pilihan,maka ada juga niat dari beberapa orang untuk mengakhiri semua ini,yaitu dengan mengikuti pola GOLPUT yang pernah populer di era Orde Baru. Buat apa memilih kalau semua akhirnya menjadikan rakyat terpecah belah...? Pemilih yang membenci tindakan-2 rasisme barangkali bisa punya pilihan untuk mencoblos lembaran putih pada surat suara nanti ; Ini tujuannya agar hati nuraninya tidak menyakiti saudara-saudaranya kelak,menang atau kalah nantinya....

Bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline