Kerusuhan di Tanjungbalai, sebuah kota kecil di Sumatera Utara menyentak banyak orang. Banyak diskusi di warung kopi mulai bermunculan mendiskusikan kenapa kerusuhan itu terjadi. Pro dan kontra pun bermunculan,namun ada hal yang menarik ketika topiknya berganti ke sosok pemimpin yang sekarang sedang berupaya maju ke Pilkada DKI Jakarta pada tahun 2017 mendatang.
Sebenarnya tidak ada yang anti terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena dirinya seorang yang berasal dari suku Tionghoa dan mengajukan diri sebagai calon Gubernur mendatang. Sebab secara de yure pun sekarang Ahok sudah menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang menjadi Presiden RI 2014-2019. Rakyat dan negara tidak bisa melarang seorang Warga Negara Indonesia untuk maju sebagai kandidat calon Gubernur bila memang ada yang mendukungnya.
Namun peristiwa Tanjungbalai menyentak semua orang bahwa ternyata perilaku dan komunikasi yang tidak baik dari seorang Tionghoa ternyata dapat menjadi pemicu kerusuhan. Ini pun sebenarnya bukan hal yang baru,sebab sudah seringkali hal ini diingatkan oleh para tokoh negeri ini bahwa perkataan dan perilaku Ahok dapat memicu kerusuhan ; Tetapi sayangnya yang mengingatkan hal ini malah di bully habis-habisan di media sosial sebagai seorang yang bersikap rasis dan sebagainya. Kenyataannya,di akar rumput masalah perilaku dan gaya komunikasi yang salah dari seorang wanita Tionghoa di Tanjungbalai dalam menegur suara adzan di mesjid bisa menjadi penyebab kerusuhan. Tentu saja wanita yang menjadi penyebab awal muasal kerusuhan di Tanjungbalai bukan seorang yang sangat terkenal seperti Ahok,pokoknya bukan siapa-siapa....hanya seorang ibu rumah tangga...!
Ternyata inilah yang menjadi alasan banyak orang untuk berlawanan dengan Ahok atau pendukungnya,mereka mengingatkan bahwa Ahok telah membangun kebencian yang sangat mendalam terhadap orang-orang yang memang sudah terlanjur benci menjadi sangat benci. Kebencian yang begitu mendalam rentan terhadap sebuah pembalasan dendam yang luar biasa,sedikit sumbu diledakkan berupa provokasi yang tidak tahu sumbernya akan menyebabkan kerusuhan massal yang tidak dapat dihindari oleh semua orang. Peristiwa di Tanjungbalai membuktikan hal tersebut.
Memang negara tidak boleh kalah terhadap ancaman-ancaman SARA dari kelompok manapun,tetapi pertanyaan yang sangat masuk di akal adalah apakah Pemerintah atau Negara atau partai politik yang mengerti situasi politik di tanah air ini akan membiarkan terus kebencian ini mengalir dan terus menghasuti warga masyarakat yang semakin membenci keberadaan Ahok yang berperilaku dan bergaya komunikasi sangat menyakitkan sebagian rakyat Jakarta...? Bahkan ada kebencian yang dibangun hanya karena memang belum waktunya seorang Tionghoa tampil sebagai pemimpin di masyarakat Indonesia namun dipaksakan?
Ada semacam politik gaya ORBA yang ingin diciptakan di Indonesia sekarang ini,yaitu membangkitkan kembali kebencian kepada suku Tionghoa melalui seorang Ahok. Bilamana negara dalam keadaan genting,maka skenario kerusuhan anti Tionghoa bisa saja sewaktu-waktu dimunculkan seperti era kejatuhan Soeharto dulu. Karena negara atau pemerintah atau partai politik sudah diingatkan oleh banyak orang tentang hal ini tetapi mencoba bertahan dan membela Ahok. Persis ketika Soeharto membela para konglomerat waktu itu.
Artinya,peristiwa di Tanjungbalai seperti menyadarkan kembali bahwa ucapan-ucapan para tokoh yang selama ini berseberangan dengan Ahok ada benarnya. Hanya karena seorang Ahok,bisa jadi negara atau pemerintah atau partai politik dianggap telah membiarkan kebencian terhadap suku Tionghoa itu terus mengalir semakin mendalam . Hanya seorang wanita ibu rumah tangga biasa suku Tionghoa di Tanjungnalai ternyata bisa menjadi pemicu kerusuhan karena salah paham dalam menegur suara adzan di mesjid...! Apalagi seorang Ahok...! Bayangkan dengan keberadaan Jakarta yang notabene masyarakatnya sudah cukup banyak yang ahli dalam penggunaan media sosial,entah isu sedikit saja bisa membuat letupan kerusuhan seperti tahun 1998. Apakah ini yang akan diinginkan..?
Lihat saja setelah kerusuhan di Tanjungbalai,ternyata banyak bermunculan akun-akun yang memberikan ancaman terhadap warga Tionghoa di Indonesia ,mereka terus menebar kebencian kepada orang-orang Tionghoa ....! Kalau negara atau pemerintah bersikap tegas,mungkin tidak masalah bagi kebanyakan suku Tionghoa...Tetapi kenyataannya,pemerintah dan negara justru lemah sekali penindakannya terhadap kasus-kasus seperti ini. Belum pernah terdengar,sebuah demo-demo yang berbau SARA dan menghantam Ahok karena dia seorang Tionghoa & Kristen ditindak tegas . Justru itulah yang membuat banyak orang mempertanyakan,kenapa SARA dipertahankan di negeri ini...? Siapa yang memelihara....? Apa tujuannya terus memelihara kebencian demi kebencian di negeri ini terhadap suku Tionghoa...?
Oleh karena itu,benar kata orang bijak ,"...Kalau mau cari selamat,carilah Slamet....bukan Se La Met...!"
Selamat menduga-duga....!