Lihat ke Halaman Asli

Jokowi dan Ahok : Memang Beda!

Diperbarui: 29 Februari 2016   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyedihkan..! Itu kata pertama yang mau disampaikan di awal tulisan ini,kenapa...? Karena sebelum menulis ini,sebenarnya hati sangat sedih,melihat perkembangan perpolitikan yang ada di Indonesia,terutama masalah pro-kontra antara pendukung Jokowi sebagai Presiden RI dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebenarnya bukan masalah pro-kontra yang terjadi,tetapi pernyataan-pernyataan yang sering di "broadcast" (=BC) ataupun berita yang diciptakan baik oleh kedua belah kubu sangat membuat hati ini miris. Apakah memang tidak ada lagi bahasa politik yang santun dari politikus dan para pendukung mereka ini?

Kalau orang melihat Jokowi adalah sosok yang sederhana & bersahaja,itu memang harus diakui dan tidak boleh dibantah oleh siapapun ; Dan kemudian kalau Jokowi bekerja dengan cara "blusukan" dan kemudian melakukan segala macam "pekerjaan rumah" yang belum terselesaikan di era pemerintahan SBY,kemudian dia harus jungkir balik untuk membuat perekonomian menjadi lebih baik dengan gaya diplomasi yang berbeda dari SBY,itu hanyalah masalah beda gaya kepemimpinan saja. Tetapi kalau kemudian Jokowi kerja dengan baik kemudian ada hal-hal yang kurang benar dikritik oleh orang-orang yang mencintai negeri ini,kemudian para pendukungnya marah-marah & memaki-maki dengan segala argumentatif yang kadang diluar logika sehat,bahkan menyakitkan hati kata-katanya. Terpikir secara logika sehat saja,bukankah memang sudah layak & sepantasnya Jokowi harus kerja...? bukankah Jokowi memang dipilih & terpilih dengan harapan dia bisa melakukan apa yang dijanjikannya pada waktu Pilpres 2014 yang lalu...? Artinya kalau Jokowi bekerja dengan baik,itu sudah benar & sepantasnya....! Bukankah rakyat membayar pajak untuk supaya Presiden membawa rakyat Indonesia lebih sejahtera...?

Kalau kemudian partai politik lain diluar PDIP kalah,Prabowo Subianto yang didukung oleh parpol-parpol yang tergabung dalam KMP itu kalah,bukankah rakyat sudah menghukum mereka melalui Pemilu...? Artinya mereka juga harus belajar kenapa mereka kalah...? Tetapi bukan berarti kalau "yang kalah" ketika sedang mengkritik atau pun yang non partisan melakukan kritik apa yang belum dikerjakan atau menagih janji yang belum terlaksana pada pemerintahan Jokowi selalu dikatakan sebagai orang jahat,orang korup,orang malas,orang yang (selalu) mau bikin gaduh,orang usil,orang brengsek,dll. Sungguh itu pandangan yang sangat picik bagi sebuah kehidupan bernegara di alam demokrasi sekarang ini.

Cara defensif dengan mengungkit kesalahan masa lalu seseorang,kehidupan pribadi seseorang dengan membandingkan profesionalitas dan kepemimpinan birokrasi pemerintahan adalah dua hal yang berbeda. Masa lalu dan kehidupan pribadi tidak selalu identik dengan profesionalitas dan kepemimpinan birokrasi pemerintahan. Seorang mantan penjahat dan preman yang bertobat bisa menjadi seorang yang profesional dalam memimpin birokrasi pemerintahan dengan baik. Ketika mereka (= yang kalah) dulu duduk di pemerintahan dan melakukan hal-hal yang tidak benar,kemudian berusaha memberitahu dan memberi kritik,bukan berarti mereka jahat atau mau membuat gaduh. 

Yang terbaik dalam menerima kritik,baik oleh lawan politik maupun pengamat yang yang kontra dan bukan partisan adalah dengan beradu argumentatif pada konteks yang di kritik,bukan menjadi debat kusir dan ajang arena memaki-maki serta saling menyalahkan diluar konteks yang ada. Referensi dan fakta akan menjadi lebih "fair" diungkapkan pada saat beradu argumentasi.

Demikian pula dengan kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta sekarang ini,pendukung "Teman Ahok" terus berusaha membangun pencitraan dengan memandang seolah yang tidak menyukai gaya kepemimpinan Ahok sebagai orang yang jahat,ingin negara ini di korupsi oleh pejabat-pejabat korup, bahkan kalau pengkritiknya orang Tionghoa dikatakan sebagai orang Tionghoa sesat,kalau yang tidak suka kepada gaya Ahok adalah seorang Kristen dikatakan apakah sudah baca Alkitab sudah lebih banyak dari Ahok,dsb....Sungguh menyedihkan gaya komunikasi pencitraan yang demikian. Paling menyedihkan adalah ketika menganggap semua yang menyebabkan Jakarta banjir adalah sabotase ini-itu,hanya orang jahat yang tidak suka banjir di Jakarta cepat surut,dsb...!

Apapun yang tidak pro Ahok dianggap jahat,senang dengan pejabat korup,preman pendukung FPI,dsb. Menyedihkan sekali...!

Bukankah kalau Ahok itu bekerja dan memang harus bekerja membereskan serta mensejahterakan rakyat Jakarta adalah sebuah kelayakan dan keharusan...? Justru karena itulah Ahok dipilih,dan bukan Foke atau bang Nahrowi waktu itu. Tetapi kalau kemudian Ahok kerja dan menghasilkan hal yang baik,kan tidak perlu digembar-gemborkan seolah hanya Ahok yang paling sanggup membereskan Jakarta...! Kalau ada yang salah,itu pasti ada orang jahat,mau sabotase dan pejabat dibawahnya malas,tidak kerja,dsb ...! Pokoknya yang kerja hanya Ahok,dech...! Yang lain itu 'kagak" kerja...! Sampai yang mau mengkritik Ahok berkata di sebuah komentar,"...ane bukan orang jahat,ane juga bukan orang korup....!" sebelum membuat pernyataan pengaduan soal banjir di daerahnya. Menyedihkan....!

Seorang ibu yang "dikerjain" oleh seorang pedagang saat mau mengadu ke Ahok hal Kartu Jakarta Pintar pun dianggap "maling" ...! Kasusnya pun menggantung di kepolisian tidak diproses oleh Polisi yang juga ikut bertindak mendukung gaya kepemimpinan Ahok. Barangkali Polisi juga berpikir bahwa ibu yang mengadu itu "maling" juga...? Sayangnya Lembaga Swadaya Masyarakat & Komnas HAM pun membisu tidak membela serta membuat kasus itu "menguap" begitu saja. Mereka menganggap urusan Jakarta memang sepertinya harus pakai "gaya Ahok" ; Benarkah....?

Jadi sekarang ini apa yang salah dari negeri ini...? 

Sebenarnya dari dulu hingga sekarang tidak ada perubahan,dulu negeri ini disebut negeri "auto pilot" karena hasil kerjanya tidak terlalu di pamerkan,karena pencitraan seorang Presiden yang "wah & hebat" lebih ditonjolkan ; Sekarang supaya terlihat seperti ada "pilot"nya,maka apa yang "baru sedikit" dikerjakan di pamerkan untuk membuat orang yang tidak mendukung atau yang mengkritik dianggap sebagai jahat,korup,dsb...Padahal,koruptor juga sama saja masih ada di parpol penguasa,KPK justru menjadi lemah,demokrasi dibungkam dengan alasan bikin gaduh ; Tetapi pencitraannya tetap sama saja fokus pada Presiden yang "bersahaja dan sederhana" dan Gubernur DKI Jakarta yang tidak korup,baca Alkitab tiap hari tetapi suka marah-marah (namun dikatakan "genuine"nya memang begitu orang Belitung,apa iya....?)

Gaya pencitraannya saja yang berbeda....! Seperti "tag line" sebuah TV Swasta : Jokowi & Ahok,memang beda...!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline