Lihat ke Halaman Asli

Kasus Hary Tanoe : Bahasa "Short Message"

Diperbarui: 6 Februari 2016   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengusaha Hary Tanoesoedibjo dilaporkan oleh Kasubdit Pidus Kejagung Yulianto ke Bareskrim POLRI hanya gara-gara SMS (short message service) yang dikirim oleh Hary Tanoe ke Yulianto. Isi SMS sebagai berikut :

"Mas Yulianto, kita buktikan siapa yang salah, siapa yang benar. Siapa yang profesional siapa yang preman. Anda harus ingat kekuasan itu tidak akan langgeng, saya masuk ke politik antara lain salah satu penyebabnya mau memberantas oknum-oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional, yang suka abuse of power. Suatu saat saya akan jadi pimpinan negeri ini, di situlah saatnya Indonesia akan berubah dan dibersihkan dari hal hal yang tidak sebagaimana mestinya. Kasihan rakyat yang miskin makin banyak sedangkan yang lain berkembang dan makin maju."

Oleh Kasubdit Pidsus Kejagung,isi SMS tersebut diangap sebagai sebuah tindakan "mengancam" dirinya. Dalam tayangan di sebuah stasiun TV Swasta,antara Yulianto dan Hotman Paris Hutapea-Pengacara Hary Tanoe terjadi perdebatan sengit. Tetapi sayangnya keduanya dan juga ahli hukum pidana yang dihadirkan tidak menyinggung hal-hal yang prinsipiil yang membuat sebuah pesan pendek menjadi begitu heboh karena dianggap mengancam,marah,dsb.

Seseorang yang menerima sebuah pesan pendek hampir selalu membaca menurut emosi atau perasaannya dan cara berpikir yang sudah terlanjur terbentuk di benak orang tersebut,baik perilaku atau gaya bicara sehari-hari yang ditampilkan oleh si pengirim dan keseharian si penerima pesan. Akibatnya,pesan pendek sering menjadi masalah diantara sebuah hubungan/relasi seperti yang dialami oleh Kasubdit Pidsus Kejagung Yulianto ini.

Untuk menghindari sebuah pesan pendek bermasalah,maka beberapa pencipta "short message" seperti Blackberry,WhatsApp,LINE,dsb membuat langkah maju dengan menambahkan EMOTICON ; Emoticon adalah kata gabungan dari "emotion" dan "icon" yang digunakan untuk mengekspresikan emosi sebuah pernyataan tertulis/pesan pendek ,dan bisa mengubah serta meningkatkan interpretasi terhadap pesan yang ditulis. Kalau sebuah pesan ditulis tanpa "emoticon",bila si penerima mempunyai emosi yang datar saja,maka pesan tertulis itu akan ditanggapi secara datar saja,tanpa ekspresi apapun. Namun demikian,bila si penerima pesan mempunyai emosi yang tidak stabil atau sedang dalam masalah pada saat menerima pesan tertulis itu,maka bisa terjadi pesan tertulis itu dibaca menurut emosinya ketika itu. Oleh karena itu,untuk menghindari pesan pendek tertulis itu bermasalah bagi si penerima,maka seringkali si pengirim pesan menambahkan "emoticon" bermacam-macam,ada senyuman,tertawa,dsb. Repotnya,pesan pendek yang dikirim Hary Tanoe adalah pesan pendek berupa "SMS" yang dianggap sudah "jadul" karena "SMS" di provider yang ada di Indonesia tidak ada ikon-ikon yang menggambarkan emosi si pengirim.

Dalam pergaulan sehari-hari,seseorang juga terbiasa mempunyai respon atas sikap atau perilaku dan gaya bicara yang ditunjukkan oleh orang lain,kecuali orang-orang yang mempunyai kepribadian "super cuek" terhadap orang lain disekelilingnya. Bilamana yang mengirim pesan pendek tertulis adalah orang yang terbiasa berbicara sangat halus,gaya bicara yang tidak meledak-ledak dengan perilaku yang lembut,maka dipastikan respon yang diterima oleh si penerima pesan pendek tertulis itu akan berbeda bila menerima dari seseorang yang berlawanan dengan perilaku dan gaya bicara diatas. Respon otak sangat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari yang sering diterimanya,termasuk keseharian yang dijumpai oleh orang tersebut di lingkungannya.

Dalam kasus pesan pendek tertulis yang diterima oleh Kasubdit Pidsus Kejagung ini,kemungkinan besar pengaruh keseharian Yulianto di tempat kerjanya maupun lingkungannya mempengaruhi interpretasinya dalam menerima SMS dari Hary Tanoe. Tidak bisa dipungkiri bahwa setelah reformasi 1998 ini,para pejabat dan penyelenggara negara dipenuhi dengan tudingan miring dan tidak sedap terhadap kinerja mereka. Selain tudingan penyalah-gunaan kekuasaan,juga perilaku korup yang bertubi-tubi ke para pejabat negara ini menjadi tekanan hidup yang luar biasa bagi para penyelenggara negara di Indonesia. Mereka merasakan mata masyarakat selalu memandang curiga terhadap diri mereka. Sebaik apapun yang mereka kerjakan,tetap saja suara negatif akan mempengaruhi respon otak mereka sehari-hari.

Apalagi dalam keseharian tugas & tanggung jawab penegak hukum seperti Yulianto ini,yang ada di benak mereka dipastikan penuh dengan "kecurigaan" dalam mengupas sebuah kasus-kasus hukum. Tak bisa dipungkiri,maka membaca pesan pendek tertulis pun bisa saja terjadi dibaca dengan penuh kecurigaan dan suasana hati yang timbul saat itu. Sebagus apapun bahasa yang ditulis,maka unsur subyektif dari pesan pendek akan dibaca menurut emosi dan logika yang sudah terbentuk dalam kesehariannya memikul tugas dan tanggung jawab.

Dipastikan setiap pesan pendek tertulis akan berbeda di interpretasikan oleh setiap orang dengan berbagai profesi. Bisa jadi SMS Hary Tanoe tersebut akan berbeda di interpretasikan bila dibaca oleh seorang Ulama atau Pendeta,artis,pengusaha,dsb. Karena ditujukan dan dibaca oleh seorang penegak hukum yang merupakan pejabat negara di Kejaksaan Agung,maka interpretasinya juga pasti berbeda. Sah-sah saja Kasubdit Pidsus Kejagung mempermasalahkan,tetapi kalau sampai melaporkan dan membuat heboh,itu berarti memang tekanan hidup di kesehariannya memang sangat luar biasa berat,sehingga responnya bisa meluap sampai begitu rupa.

Demikian pula dengan pesan pendek tertulis di "WhatsApp" yang dibuat oleh Jessica terhadap Mirna Salihin yang dibuka oleh ayahnya Mirna di acara ILC,2 Pebruari 2016 yang lalu ; Kalau dibaca dengan respon otak yang ada sekarang ini di ayahnya Mirna,maka bisa jadi pesan pendek tertulis itu dianggap aneh. Namun bagi banyak kalangan anak muda yang gaul,cipika-cipiki,saling cium bila ketemuan merupakan hal yang biasa. Jadi kalau di "WA" tersebut dikatakan,"...pengin dicium elo lagi.." tidak bisa di interpretasikan Jessica sebagai lesbian,kecuali oleh orang-orang yang memang tidak terbiasa kalau ketemuan saling cium/cipika-cipiki.

Oleh karena itu,untuk menghindari bahasa "short message" di salah artikan,ada baiknya menggunakan "emoticon" yang pas menggambarkan suasana hati anda bila sedang berkirim pesan. Si penerima pesan pun akan menginterpretasikan yang pas pula dengan suasana hati anda,bukan dengan suasana hati dan respon otak yang biasa diterima dalam kesehariannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline