Lihat ke Halaman Asli

Urat Malu Presiden Jerman, Presiden RI?

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita di halaman pertama Kompas,18 Pebruari 2012 " Malu karena korupsi, Presiden Mundur"....tetapi itu di negara Jerman,bukan di negara Republik Indonesia !


Entah karena tidak tahan dikritik atau ketahuan meminjam dana pinjaman dengan fasilitas bank untuk mencicil rumahnya (sebelum menjadi presiden),atau karena sikapnya yang tidak elegan terhadap redaksi sebuah surat kabar yang bernada mengancam,semuanya masih menjadi tanda tanya tentang alasan presiden Jerman itu mundur. Tetapi judul dan isi berita tersebut mengisyaratkan bahwa ada rasa malu dari presiden Jerman itu atas kegagalannya menjaga kredibilitas dirinya sendiri didepan publik Jerman.


Sayang sekali kejadian itu terjadi di negeri Jerman,bukan di negeri Indonesia. Publik sudah menyatakan pendapat melalui berbagai survei bahwa popularitas SBY sudah dibawah 50% . Publik menyatakan kekecewaan terhadap pemberantasan korupsi dan survei menunjukkan kepercayaan publik sangat rendah terhadap kinerja Pemerintah SBY-Boediono dalam hal memberantas korupsi di negeri ini. Rakyat Indonesia juga sudah sangat muak terhadap para politikus dan penegak hukum serta para Jenderal (POLRI dan TNI) yang korup,bergaji rendah hanya Rp.4,7 juta tetapi bisa mempunyai rumah mewah,simpanan gendut dan hidup bagaikan "raja-raja kecil" dengan setoran-2 ilegal yang tidak pernah diperiksa oleh KPK. Semua itu menjadi tanggung jawab siapa,kalau bukan pemimpin nomor 1 negeri ini?


Bagaimana pemimpin nomor 1 negeri ini mau memberantas korupsi kalau dirinya sendiri juga tersandera dengan berbagai dugaan korupsi yang membelit dirinya? Kasus Century? Pemberitaan koran the Age dan Sydney Morning Herald serta buku George Aditjondro "Gurita Cikeas" dan "Cikeas kian menggurita" tidak pernah ditampiknya serta diusut oleh para penegak hukum negeri ini telah menyandera dirinya untuk tidak bertindak apapun dalam menindak para Jenderal dan politikus serta penegak hukum yang korup. Yang disikat adalah para koruptor kelas teri yang tidak pegang kartu truf dirinya sendiri,sedangkan koruptor kakap yang mengambil kekayaan negeri ini sampai Trilliun-an Rupiah tidak pernah ditangkap atau disikatnya,karena semuanya pegang kartu truf penguasa negeri ini. Inilah yang disebut oleh para Kompasianer sebagai "lingkaran setan" ,kalau mau memilih pemimpin negeri ini,carilah pemimpin yang tidak mempunyai mata rantai para pemimpin masa lalu negeri ini yang KKN nya sudah kelewatan,supaya lingkaran setan ini terputus.


"Urat malu pemimpin negeri ini sudah putus..!" kata para pemimpin umat dan rakyat yang memperhatikan tingkah laku pemimpinnya. Kebohongan demi kebohongan dibangun untuk menutupi rasa malu mereka,sehingga menjadikan dirinya sudah tidak mempunyai rasa malu lagi,yang ada adalah pembenaran atas segala ucapan dan tindakannya.


Contoh-contoh kasus yang sudah membuat rakyat tertawa geli karena para koruptor itu sepertinya sudah tidak mempunyai urat malu adalah :


- Dihukum karena korupsi tetapi tidak mau disebut mantan Koruptor?

- Punya kekayaan "adzubillah" dikatakannya sebagai "hibah" dari orang tuanya.

- Kolusi dengan pengusaha untuk ngemplang pajak,dikatakannya sebagai "membantu" perpajakannya.

- Adik ipar punya simpanan "segedhe gunung" di Bank Century,dibela oleh Presiden yang "kakak ipar"

- Kader partainya korup,dikatakan oknum dan bukan kebijakan serta tujuan partai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline