Kelahiran Isa Almasih setiap tahun diperingati oleh umat Nasrani seluruh dunia sebagai kelahiran Sang Penebus dan Juru Selamat dunia. Kelahirannya mengguncang 3 agama besar di dunia,yaitu agama Yahudi (yang tidak percaya Isa Almasih adalah Mesias kemudian membunuhNya), sedangkan pengikut Kristen percaya Dia bukan sekedar Nabi tetapi adalah perwujudan Allah yang mau rela turun ke dunia dalam wujud bayi Yesus,dan Islam yang juga percaya bahwa Yesus adalah Nabi Isa yang lahir dari seorang perawan Miriyam dengan "kun fayakun" ...
Apapun yang terjadi waktu kelahiran Nabi Isa atau Yesus atau Imanuel atau Mesias,yang jelas sampai saat ini nama itu sampai sekarang sudah mengguncang dunia. Peringatan dan perayaan kelahiran-Nya selalu memberi dampak sosial dan ekonomi serta politik di seluruh dunia hingga sekarang. Dampak sosialnya jelas,karena banyak orang yang kehidupannya jauh lebih mampu dan diberkati bersemangat memberi perhatian kepada masyarakat yang hidupnya sederhana,mulai dari pemberian bingkisan Natal sampai kepada kunjungan-2 ke panti-2 jompo,panti asuhan,Lembaga Pemasyarakatan,dsb. Ini bukan saja terjadi di Indonesia saja,tetapi di seluruh dunia!
Secara ekonomi,Natal juga berdampak kepada peningkatan belanja masyarakat. Indeks konsumsi dipastikan meningkat dan membuat perekonomian dunia menjadi cerah dan menyenangkan para investor. Di dunia politik,biasanya juga mengendurkan ketegangan yang terjadi antar negara yang bertikai,mottonya "Damai di Sorga,juga terjadi di Bumi"....Semua pemimpin negara Barat yang notabene mewakili kelompok Mayoritas Kristen mendengarkan seruan "Damai" dari para pemimpin umat disana.
Bagaimana di Indonesia?
Natal barangkali hanya lintasan peristiwa kecil saja diantara semua perayaan keagamaan yang ada di Indonesia. Bila dibandingkan dengan perayaan Idul Fitri tentu perayaan Natal hanya "numpang lewat" saja. Walaupun demikian,setiap bulan Desember masyarakat Urban sudah mulai bersiap-siap menyambut perayaan Natal,banyak Mal atau Plasa bergelantungan hiasan Natal. Di daerah pedesaan atau kota kecil tentu tidak dijumpai suasana Natal seperti di kota-2 besar,kecuali daerah-2 yang penduduknya mayoritas beragama Kristen,seperti Sulawesi Utara,Nusa Tenggara Timur,Papua,Maluku,dsb.
Peringatan Natal juga tidak memberikan dampak apapun terhadap penyadaran masyarakat terhadap kasus-2 korupsi yang terjadi di Indonesia. Tidak ada khotbah ataupun refleksi atau renungan yang dikupas mengenai kenapa korupsi semakin marak di Indonesia? Natal malah dijadikan pembenaran bahwa Dia yang lahir ke dunia itu membawa Kasih,Sukacita dan Pengampunan Dosa bagi yang percaya kepada-Nya. Tetapi yang sudah percaya kepada Dia sebagai Juru Selamat kenapa malah terus berbuat korup,tidak sadar dan minta pengampunan terus?
Apakah dengan terus melakukan perbuatan korup,kasih dan sukacita itu masih ada? Apakah dengan terus menerus masih melakukan perbuatan korupsi masih akan terjadi Pengampunan Dosa? Apakah Injil yang menceritakan tentang Seorang kepala pemungut cukai (Zakheus) pada waktu bertobat akan memberikan setengah dari hartanya dan mengembalikan empat kali lipat kepada orang-2 yang pernah diperasnya tersebut tidak pernah diceritakan dan dihayati dengan benar oleh para koruptor yang menjadi pengikut Yesus Kristus?
Di departemen dan kementerian Republik Indonesia diyakini banyak orang Kristen,orang dari suku-2 yang ada di Indonesia yang beragama Kristen dan banyak yang bekerja di Kantor Palayanan Pajak,Bea Cukai dan beberapa departemen yang basah. Kalau mereka menjadi "terang dan garam dunia",kenapa korupsi semakin marak saja di Indonesia? Mungkinkah yang melakukan korupsi bukan orang Kristen? Atau orang Kristen tidak ada yang menyuap atau terima suap? Kalau tidak ada,siapa itu Panda Nababan? Siapa itu Miranda Goeltom? Siapa itu salah satu Jenderal Polisi yang punya rekening gemuk yang namanya ada di majalah TEMPO? Dan lain sebagainya.....
Perayaan Natal tidak menyentuh perasaan para koruptor. Nabi Isa atau Yesus Kristus atau Imanuel hanya dianggap sebagai pemberi kasih (menyuap itu "tanda kasih",lho....),suka-cita (karena sering diberi uang alias di sogok....) dan kemudian Maha Pengampun sebab seberapa besar dosamu,bila kamu mengakui maka akan diampuni.....(mengakui kepada siapa? Dimana contoh pertobatan Zakheus?). "Nothing new for Christmas..." kata seorang teman.....
"Terima kasih korupsi...." Karena engkau,ternyata Natal menjadi tidak bermakna......So what,gitu loh...!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H