Pada saat deklarasi kampanye damai yang dihadiri oleh kedua pasangan capres-cawapres kemarin malam (Selasa,3 Juni 2014),pihak penyelenggara meminta Capres Prabowo Subianto & Joko Widodo menyampaikan pidato selama 5 menit. Walau mungkin sudah banyak komentar tentang pidato kedua capres tersebut,namun ada satu sisi yang barangkali baik perlu diketahui oleh masyarakat luas,bahwa pidato capres Prabowo Subianto terkesan banyak basa-basi & capres Joko Widodo (Jokowi) sangat kaku sekali ; Jokowi seperti tampil bukan "Jokowi" yang asli.
Seorang teman yang pernah mengikuti pelatihan bergaya militer ala Kopassus mengatakan,bahwa begitulah gaya "pidato" seorang Militer,penuh retorika. Panjang-lebarnya kalimat lebih untuk memberikan kesan berwibawa,seperti seorang saudara dan teman yang baik dan ingin merangkul semua pihak. Bila kita pernah bergaul dengan Militer aktif,maka begitulah gaya mereka berpidato ; Coba perhatikan gaya pidato Wiranto dan SBY serta para Jenderal yang sering tampil di televisi,maka kesan yang mendalam dari gaya pidato mereka semuanya mirip satu sama lain. Di dalam dunia bisnis & pergaulan,gaya pidato seperti yang ditampilkan oleh Prabowo Subianto lebih dinilai banyak basa-basinya katimbang isinya.
Gaya Pidato yang ditunjukkan oleh Prabowo Subianto sebenarnya untuk menyerang secara psikologis lawan yang berada di sekitarnya. Barangkali memang itulah yang diajarkan di dunia militer & intelijen,bahwa musuh bukan hanya diluar,tetapi juga ada di sekitarnya,sehingga perlu ada kalimat-kalimat retorika untuk memancing lawan agar goyah secara mental,untuk itu perlu pernyataan-2 seperti ,"engkau saudaraku....engkau sahabatku.....engkau teman baik-ku.....engkau senior-ku..." ; Dalam kenyataannya,lawan adalah tetap lawan dan tetap harus dihabisi tanpa ampun bila tidak bisa bekerja-sama. Inilah yang masih mengundang "ketakutan" banyak orang terhadap sikap "basa-basi" Prabowo Subianto.
Di lain pihak,gaya pidato capres Jokowi terkesan kaku dan tidak sesuai dengan identitas asli seorang Jokowi yang biasa ditunjukkan kepada masyarakat umum. Cara berpakaian Jokowi yang santai tidak sesuai dengan penampilan dan gaya pidato Jokowi yang serba kaku. Gaya bercanda Jokowi pada waktu berpidato 3 menit di kantor KPU pada waktu mengambil nomor urut jauh lebih baik daripada kemarin. Spontanitas Jokowi tidak terlihat dan justru terlihat "ja-im" alias jaga imej,padahal lawannya sedang melakukan serangan psikologis. Mungkinkah di balik pidato Jokowi tersebut tersirat,bahwa ada tekanan-tekanan psikologis dari kubu Prabowo Subianto terhadap masyarakat & pendukungnya,sehingga Jokowi sampai menyampaikan bahwa,"...Pilpres itu sebuah kegembiraan politik,bukan ketakutan..." ; Apakah ada yang menebar ketakutan di kalangan pemilih...?
Keseriusan wajah Jokowi sepertinya ingin mengungkap sesuatu yang mengganjal dirinya,ada "ketakutan" yang dibawa dalam dirinya sehingga dirinya sampai menunjukkan wajah yang kaku dan kurang senyum pada malam hari itu. Kalau saja Jokowi bisa mengungkap sikap kaku-nya,mungkin masyarakat pendukung Jokowi akan sedikit lega. Sebab serangan komentar negatip terhadap sikap kaku Jokowi kemarin seolah memberi kesan bahwa Jokowi "kalah mental" bila disandingkan dengan Prabowo Subianto . Benarkah demikian...?
Paling tidak,ada penilaian dari masyarakat yang berkata,".... Jokowi yang biasanya tidak basa-basi,sekarang terkesan kaku ; Prabowo yang biasa sangat kaku,sekarang lebih banyak basa-basi........"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H