Lihat ke Halaman Asli

Pemanfaatan Gawai di SMA Negeri 1 Sleman

Diperbarui: 23 Agustus 2020   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan teknologi bergerak sangat cepat. Hal ini menimbulkan beberapa perubahan pola gaya hidup masyarakat global. Perubahan tersebut bermula saat O.S Android mulai digunakan untuk gawai ponsel. Maraknya ponsel pintar dengan OS android dimulai pada tahun 2012. Developer aplikasi berbasis android berlomba menciptakan berbagai aplikasi dan game untuk memaksimalkan penggunaan ponsel pintar.

Hal inilah yang menggeser kedudukan ponsel yang tadinya hanya sebatas kebutuhan tersier menjadi kebutuhan sekunder dan bahkan kebutuhan primer. Beragam manfaat yang ditawarkan oleh ponsel pintar telah mengubah pola gaya hidup masyarakat terutama generasi millenial. Generasi millenial sudah terbiasa menggunakan ponsel pintar sedari usia remaja. Oleh karena itu sulit sekali untuk memisahkan mereka dari kebiasaan menggunakan gawai mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap teknologi yang diciptakan pasti memiliki dampak positif dan negatif. Positif atau negatifnya dampak yang diterima tergantung dari bagaiamana pemanfaatan dari individu itu sendiri. Kita tak dapat menolak kehadiran teknologi seperti ponsel pintar dalam kehidupan kita. Namun kita mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi arus perkembangan teknologi yang tengah terjadi.

Saya sepakat dengan pendapat yang disampaikan Haidar Bagir pada artikelnya bahwa penggunaan gawai pada anak-anak dibawah umur harus dibatasi. Namun kurang bijak juga, jika kita benar-benar meniadakan kehadiran gawai dalam kehidupan mereka. Anak-anak perlu diperkenalkan cara memanfaatkan gawai secara bijak tanpa mengurangi waktu bermain mereka dengan teman-teman.

Pandemi Covid-19 yang muncul beberapa bulan yang lalu semakin menambah ketergantungan masyarakat akan teknologi terutama ponsel pintar dan internet. Siswa-siswa dituntut untuk aktif secara mandiri dalam memahami materi pelajaran bersama guru. Guru-guru juga dituntut untuk bisa menggunakan gawai sebagai alat dan media untuk KBM bersama siswa.

SMA Negeri 1 Sleman adalah salah satu sekolah menengah di Yogyakarta yang sudah mencoba meningkatkan aktivitas penggunaan gawai dalam aktivitas pendidikan. Usia SMA adalah usia yang ideal bagi perkembangan kognitifnya untuk memanfaatkan gawai secara maksimal. Pada usia ini kedewasaan mereka telah terbentuk sehingga dapat secara bijak menggunakan gawai masing-masing untuk hal-hal positif.

Sebelum pandemi Covid-19, guru-guru SMA N 1 Sleman sudah memperkenalkan kepada siswa-siswanya salah satu aplikasi Learning Management System (LMS) yaitu Google Classroom. Google Classroom adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk pengunggahan materi ajar dan juga pengumpulan tugas. Sekolah juga telah memfasilitasi guru-guru dengan diadakannya bimbingan teknis untuk pemanfaatan Google Classroom sebagai penunjang pembelajaran. Oleh karena itu, saat pandemi Covid-19 mulai terjadi dan kegiatan belajar mengajar diarahkan ke sistem pembelajaran jarak jauh, guru dan siswa dapat beradapatasi dengan mudah. Inilah salah satu manfaat gawai yang dapat dirasakan secara langsung oleh kami.

Selain memanfaatkan Google Classroom, Scholoogy, Jogja Belajar, dan aplikasi Learning Management System lainnya, SMA N 1 Sleman juga menggunakan aplikasi penilaian berbasis android untuk Penilaian Akhir Tahun (PAT). Tim TIK sekolah sepakat untuk menggunakan aplikasi dari Bimasoft dalam PAT daring semester lalu. Ada keunggulan dan kelemahan saat PAT dilaksanakan secara daring. Namun ini adalah langkah awal yang bagus bagi kami untuk memaksimalkan pemanfaatan Teknologi dalam pembelajaran.

Saat ini juga guru-guru SMA Negeri 1 Sleman sudah memulai memproduksi video-video pembelajaran agar memudahkan siswa dalam memahami materi. Seperti yang kita ketahui, konten-konten video yang beredar di internet didominasi oleh konten negatif. Inilah salah satu cara kita mengurangi dampak negatif dari internet dan gawai. Dampak negatif gawai dan internet adalah terpaparnya anak-anak dengan konten-konten negatif, maka kita perangi dengan menciptakan konten-konten positif dan menyibukkan anak-anak dengan kegiatan positif melalui internet.

Berbagai seminar secara virtual pun kini menjadi hal yang biasa bagi kami. Webinar melalui google meet atau zoom sering kami ikuti tanpa harus banyak menyita waktu, tenaga, dan materi. Kita dimudahkan dalam akses mendapatkan ilmu baru tanpa harus memikirkan transportasi dan akomodasi. Akses internet melalui gawai memudahkan kita untuk bertatap muka secara virtual dan menghubungkan orang-orang yang terpisah jarak.

Demikianlah pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh kami para pendidik di SMA Negeri 1 Sleman. Mustahil kita menolak teknologi terutama gawai dan internet dengan segala dampaknya. Namun kita dapat mengubah arah pola pikir kita dalam memanfaatkan teknologi. Kami setuju bahwa anak-anak perlu dibekali informasi terkait penggunaan dan pemanfaatan gawai agar kelak mereka dapat menggunakannya secara bijak. Namun kita tidak bisa secara tegas melarang mereka menggunakannya karena akan membatasi ruang gerak mereka dalam memperluas wawasan. Kontrol yang paling kuat adalah kontrol dari diri mereka sendiri. Oleh karena itu kita sebagai pendidik bisa memperkuat itu dengan menanamkan pendidikan karakter pada diri mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline