Lihat ke Halaman Asli

Belenggu Judul Sampul

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik hujan mengiringiku pergi menuju toko buku siang itu. hujan pertama di bulan oktober, yang sekaligus menandai peralihan si musim gila. ya,, aku bela-bela karena khawatir kehabisan stok  buku incaran minggu lalu yang tak terbeli oleh sebab uang di kantong tidak memungkinkan ketika itu. cukup mampu membuat penasaran untuk segara menebusnya.

setelah buku aman digenggaman, seperti biasa aku tak lantas menuju Kasa, jalang mataku menelisik deretan buku yang tertata rapi di rak rak. Mencari sesuatu yang mampu menggugah untuk dimiliki. Alurpun mudah ditebak, sudut mataku tak sengaja menumpu pada sebuah buku yang teronggok di bagian paling bawah rak. Sangat mencolok tercetak  tinta berwarna merah dengan judul yang bagi sebagian orang mampu membuat mata melotot. Mengenaskan sekali, dan pemandangan seperti ini sangat sering terjadi di sebuah garai buku. Dengan kondisi kumal, plastik pembungkus robek sebagian buat mengintip isinya, lekat bekas daki dari timang menimbang si tangan tangan munafik (sebab pecinta buku tidak mungkin begitu), mereka para munafik yang diliputi ambigu antara membeli dan tidak, satu sisi ingin memiliki namun sisi lainnya malu membeli dengan alasan tabu, terbelenggu norma yang sebenarnya kerap mereka kangkangi, bahkan lebih.

Singkat kata akupun menyelamatkan buku tersebut (horeee aku pahlawan..). Namun dengan kondisi yang sudah tidak layak pajang itu, dibutuhkan waktu yang lumayan lama oleh karena bandrol harganya yang sudah raib entah kemana. mbak Kasir pun bingung harus menentukan berapa, dan sialnya itu buku tinggal satu-satunya yang tersisa.  Kemudian setelah mengecek list dan berkonsultasi dengan atasannya maka tercapilah harga yang ditentukan. Akupun pulang dengan senyum senang dan meninggalkan kasir yang juga tersenyum, dengan arti yang  berbeda tentunya, karena sedari melihat buku itu senyumnya tak pernah lepas dari bibir manisnya.

Setelah habis kulahap buku itu, lagi lagi aku merasa prihatin pada mereka yang mengotori buku itu. Isinya menarik pake BGT. Diulas  dari segi sejarah, gaya hidup, psikologi, dan perspektif agama, serta UU anti pornografi dan pornoaksi secara seksama. tidak seperti judul pada sampul yang mereka anggap cabul.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline