Tujuh puluh tahun bukanlah usia yang mapan. Dibandingkan dengan bank sentral di Asia Tenggara, Bank Indonesia urutan kedua tertua setelah Bank of Thailand, bank sentralnya Thailand.
Bank sentral negara Swedia, Sveriges riksbank, yang tertua telah berdiri sejak 1668. Bank sentral Inggris, Bank of England berdiri sejak 1694. Bank Sentral AS, The Fed berdiri sejak 1913 dan Bank Indonesia yang didirikan sejak 1 Juli 1953, baru seumur jagung.
Namun, bagi Bank Indonesia merupakan momen penting. Setidaknya baru pertama kali ulang tahun Bank Indonesia dihadiri oleh gubernur terpilih periode kedua sejak dipilih secara aklamasi oleh DPR tanggal 20 Maret 2023. Perry Warjiyo akhirnya menakhodai kambali bank sentral di usia 64 tahun. Di tahun 2028 nanti, akan mengakhiri masa jabatannya sebagai gubernur Bank Indonesia yang ke-16 yang dijabat sejak 23 Mei 2018.
Kembali ke belakang, saya coba rangkum dari laman bi.go.id. Berdirinya Bank Indonesia tidak lepas dari berdirinya republik ini. Bermula dari berdirinya De Javasche Bank tahun 1928 yang memiliki kewenangan sebagai bank sirkulasi, menerbitkan dan mengedarkan uang gulden di wilayah Hindia Belanda. Dan 14 tahun kemudian, tahun 1942, De Javasche Bank dilikuidasi. Digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko, karena pendudukan Jepang.
Tahun 1945, Belanda melalui NICA yang ingin kembali menjajah Indonesia menghidupkan kembali De Javasche Bank meskipun Indonesia telah membentuk Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi. Terjadi dualisme bank sentral. Sama-sama menerbitkan dan mengedarkan uang di Indonesia. Bentuk pemerintahan Indonesia silih berganti.
Dari NKRI menjadi RIS, Republik Indonesia Serikat tahun 1949. Kemudian RIS melebur kembali menjadi NKRI. Momennya adalah, bersamaan dengan lahirnya UU tentang Pokok Bank Indonesia tanggal 1 Juli 1953, lahirlah Bank Indonesia sebagai bank sentral menggantikan De Javasche Bank yang sahamnya telah dimiliki oleh Indonesia melalui proses nasionalisasi. Tanggal inilah yang diperingati setiap tahun sebagai HUT BI.
Beberapa tugas Bank Indonesia yang disematkan dalam APBN 2023 yaitu menjaga nilai Rupiah sebesar Rp 14.800 per dolar AS, infasi di angka 3,6% dan pertumbuhan ekonomi 5,3%.
Dari pencapaian hingga saat ini, berdasarkan rilis BPS, inflasi tahun kalender (Januari-Juni) 3,19%. Nilai tukar Rupiah per 27 Juni 2023 dibuka pada level Rp14.990 per dolar AS, dan pertumbuhan ekonomi triwulan 1 tahun 2023 mencapai 5,03% (yoy) yang ditopang dari konsumsi rumah tangga lebih dari 48%.
Selain itu, Bank Indonesia bercita-cita adanya konektivitas sistem pembayaraan lintas batas di negara ASEAN perlahan telah membuahkan hasil. Pembayaran berbasis QR Kode di negara tetangga, Thailand, Malaysia dan Singapura telah terwujud. Dan pembayaran berbasis fast payment saat ini bersama-sama saling eksporasi potensi tersebut di 4 negara. QR Kode maupun fast payment di Indonesia, infrastukturnya disediakan oleh Bank Indonesia dalam bentuk QRIS dan BI-FAST.
Digital Rupiah yang saat ini masih digodok dan meminta masukkan dari masyarakat tentunya terobosan dalam sumbangsih Bank Indonesia kepada negara dalam perjuangan menjaga kedaulatan Rupiah di era digital. Pekerjaan rumah yang masih tertunda adalah gagasan redenominasi rupiah yang sempat timbul tenggelam dan saat ini diangkat kembali. Pada prakteknya di beberapa tempat sudah dilaksanakan. Harga Rp24 ribu ditulis dengan huruf k untuk mengganti 3 digit angka nol. Jadinya Rp24 k.
Beberapa indikator yang perlu menjadi perhatian antara lain, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan I tahun 2023 tercatat sebesar 402,8 miliar dolar AS. Utang luar negeri pemerintah pada triwulan I tahun 2023 tercatat sebesar 194,0 miliar dolar AS. Dari sisi kependudukan, pengangguran menyentuh angka 7,99 juta per Februari 2023 dan penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang.