Lihat ke Halaman Asli

Menatap Balada Telanjang Islam Anti Pancasila dan NKRI

Diperbarui: 7 November 2016   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika dalam sebuah diskusi terbuka di tahun 2012 bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila di Gedung Juang 45, dan saya berkebetulan jadi salahsatu narasumber. Moderator meminta pendapat saya tentang pengibaran bendera Bintang Kejora oleh aktivis Organisasi Papua Merdeka dan tuntutan berdirinya Khilafah Islamiyah oleh Hizbut Tahrir Indonesia.

Lugas saya jawab, "penjarakan saja siapapun yang menggerakkan dan ikut mendukung aksi itu, bahkan sekalipun jika aksi itu diam-diam didukung elit politik di pusat". 

Saat itu, saya 'menyundul' Yorries Raweyay yang menyatakan bahwa pengibaran bendera OPM itu tidaklah masalah. Padahal bagaimana mungkin tidak masalah, karena bendera OPM adalah simbol 'negara', setidaknya itulah prinsip para penggeraknya. Pernyataan itu jelas mendukung semangat separatisme, dan menurut saya mesti ditumpas.

Mengamati aksi 4 November saya menjadi ingat diskusi empat tahun lalu itu. Saya melihat kita seperti sedang menonton aksi telanjang para anasir anti Pancasila dan NKRI mempertontonkan keberanian mereka dan aparat kita masih santai saja. 

Jika kita mencermati para tokoh aksi kemarin lalu itu, tak sulit untuk melihat, sekali lagi dengan telanjang, bagaimana sikap dan orientasi politik mereka terhadap Pancasila dan NKRI selama ini.

Banyak yang terlena dengan slogan (Bela Al-Qur'an dan Bela Islam) sehingga lupa bahwa aksi bela apapun tidak serta merta meruntuhkan konsensus nasional kebernegaraan kita. Dan kita juga tak boleh lupa, siapa penggerak dibalik seruan slogan itu. Saya mengamati perjalanan beberapa penggerak aksi kemarin, diantaranya :

1. Bachtiar Nasir Ketua GNPF MUI (Sekjen MIUMI dibawah naungan Farid Akhmad Okbah, seorang radikal berpaham Wahhabi yang sangat anti NKRI); 

2. Abu Djibril (Berpaham Wahhabi Ekstrim, ia mengirim anaknya menjadi Pasukan Al-Qaeda , pentolan Majelis Mujahidin Indonesia MMI); Ia berkali-kali secara terbuka menentang Pancasila dan NKRI

3. Zaitun Rasmin Wakil Ketua GNPF-MUI (Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, perpaham Wahhabi); anti pluralisme

4. Munarman, selaku panglima lapangan (orang yang pernah melakukan sumpah setia terhadap ISIS). Beberapa kali terlibat aksi kekerasan terhadap pihak yang toleran 

Dibelakang aksi mereka, tokoh-tokoh partai tertentu (Ikhwanul Muslimin cabang Indonesia); Hizbut Tahrir Indonesia, yang pastinya terkoneksi dengan gerakan khilafah internasional; tokoh-tokoh partai, yang partai nya justru mendukung pemerintah, tapi gerakan politiknya malah anti Jokowi; mereka sengaja tak muncul karena takut organisasinya dibubarkan kalau terjadi chaos dan anarkis; dan pastinya ada tokoh yang berperan sebagai sumbu utama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline