Lihat ke Halaman Asli

"Kalijaga" Bukan Sekedar Nama (1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hingga saat ini, UIN Sunan Kalijaga telah menghasilkan ratusan, bahkan puluhan ribu sarjana dari masing – masing fakultas yang ada. Namun, menurut salah seorang pengamat universitas, dari sekian banyaknya sarjana, hanya 30% yang tahu seluk beluk Sunan Kalijaga. Padahal, nama tersebut telah lama bersemayam dalam diri mereka selama menjadi mahasiswa.Mungkin ini karena sikap mahasiswa yang tidak menghiraukan nama tersbut, dan menganggap itu hanyalah identitas universitas belaka. Andaikan saja banyak mahasiswa yang mau membuka mata untuk tahu, maka ia akan menemukan bahwa dibalik nama itu ada sejuta rahasia, tentang sosok pribadi yang luar biasa, seorang ulama terkemuka, yang patut diteladani manusia, umat muslim khususnya.  Dan mungkin, karakter mahasiswa yang diharapkan akan mudah terbentuk, jikalau ia mau meneledaninya.

Dalam buku yang berjudul “Islamisasi di Jawa”, penulis menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga dilahirkan dengan nama asli Raden Sa’id. Namun, di beberapa sumber tertulis lainnya, seperti yang disebutkan M Hariwiyaya dalam bukunya yang berjudul “Walisanga, penyebar Islamdi Indonesia”, Sunan Kalijaga memiliki nama asli Raden Sahid. Sampai detik ini, belum diketahui persis penulisan nama Sunan Kalijaga yang sebenarnya.

Selain Kalijaga, Raden Sahid dijelaskan dalam Islamisasi Jawa, juga memiliki empat sebutan, yaitu Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman dan Pangeran Tuban.

Ada dua pendapat mengenai asal –usul sebutan “Kalijaga” yang diberikan pada Raden Sahid. Pertama, Kalijaga merupakan gabungan dari dua kata yang terbalik, yaitu “Jaga Kali”. Konon, Raden Sahid memiliki kebiasaan menyendiri di pinggir sungai yang berada dalamhutan, guna beribadah pada gusti Allah. Maka dari itulah, orang – orang kemudian menyebutnya dengan “Kalijaga”. Kedua, sebutan ini merupakan serapan dari bahasa Arab yaitu Qaadhi Zakka.

Sebagai ulama yang terkemuka, dalama kepemimpinannya, Sunan Kalijaga yang dijuluki sebagai Guru Suci ing TanahJawi ini , menerapkan tiga prinsip utama. “Momong, Momor dan Momot”. Seperti yang dituliskan Dr Purwadi dalam bukunya yang berjudul “Dakwah Sunan Kalijaga, penyebaran agama Islam di Jawa dengan berbasis kultural”, hal.22, Momong (Persuasif) berarti mengemong, mengasuh, membimbing dan mengerahkan. Sedangkan Momor(Komunikatif) sama dengan bersedia untuk bergaul, bercampur, berkawan dan bersahabat dengan siapapun. Dan Momot (Akomodatif) berarti kesediaan untuk menampung aspirasi dan inspirasi dari berbagai kalangan yang beraneka ragam.

Ini baru  sekilas tentang Sunan Kalijaga. Masih banyak prinsip – prinsip kehidupannya yang lain, yang mampu menggugah semangat mahasiswa, agar menjadi penerus bangsa yang persuasif, kreatif, komunikatif dan akomodatif, dengan tetap berpegang teguh pada nilai – nilai keislaman yang berbasis Ahlus sunnah wal jama’ah. Wallahu’alam..

By :

Fahma

*Mohon komentar/koreksinya...:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline