Saat masih kecil pasti anda pernah melihat anak kecil yang berebut sesuatu, mainan misalnya. Kedua anak berebut mainan karena ingin memainkannya dan tidak ada yang mau mengalah. Tahukah kalian kalau hal ini didasari oleh sifat egois? Konsep egois ada pada teori egosentrisme.
Menurut Wikipedia egosentrisme adalah perhatian yang berlebihan pada diri sendiri dan berfokus untuk kesejahteraan atau keuntungan sendiri dengan mengorbankan atau mengabaikan orang lain.Egosentrisme juga bisa diartikan sebagai ketidakmauan seseorang untuk melihat dari perspektif orang lain, yang meliputi gagalnya seseorang untuk menarik kesimpulan dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilihat orang lain. Teori ini diperkenalkan oleh Jean Piaget, seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya.
Pada awal abad ke-20 dia mengenalkan konsep egosentrisme untuk mendeskripsikan masa pra operasional anak, tahap ini meliputi usia dua sampai tujuh tahun. Anak yang memiliki sikap egois tidak mampu membayangkan bagaimana sudut pandang seseorang, walaupun orang tersebut memiliki cara pandang yang salah.
Dalam sebuah penelitian, anak egois ini akan menangis atau marah apabila tidak sesuai dengan keinginan mereka, dalam hal ini orang tua dan guru harus bersikap bijak dan tahu apa yang harus dilakukan. Orang tua yang bijak mampu menyadarkan anaknya bahwa mereka tidak akan bisa mendapat apa yang diinginkan hanya dengan menangis dan marah.
Egosentrisme ini termasuk dalam proses perkembangan kognitif anak sehingga termasuk hal yang wajar dan sifat ini lama-kelamaan akan memudar seiring bertambahnya usia dan pengalaman. Seiring mereka mengetahui pengertian egois, mengetahui bagaimana cara berbagi, dan menumbuhkan rasa kepedulian pada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H