Langit mendung bergelayut duka di sela-sela Mega. Seakan bersedih melepas kepergianmu kawan.
Berita pagi ini membuat hatiku tersentak. Kawanku kuliah dulu dipanggil Yang Maha Kuasa.
Lama tak ada kabar. Sepi tanpa berita sepatah kata pun. Tiba-tiba telah berpulang. Untuk selamanya.
Begitulah rahasia Illahi.
Semua akan berjalan seperti kereta di atas rel. Tanpa bisa berpindah. Tanpa bisa mengelak. Kuat mencengkeram jiwa tanpa batas. Tak perlu takut akan tertukar.
Semua kisah sudah terukir lewat guratan-guratan tangan kita yang mengepal ketika masih dalam kandungan bunda. Kita hanyalah wayang yang selalu patuh pada Sang Khalik. Dan kemudian tersungkur bersujud.
Dulu kita sempat menikmati pertemanan kita . Tertawa bersama, dan berbagi cerita lara.
Engkau adalah bagian dari orang-orang baik yang pernah aku kenal. Setidaknya semua orang mengatakan demikian.
Kabar duka ini serasa terlalu cepat kawan. Saat umurmu yang belum terlalu tua. Saat orang seumurmu sedang menikmati gairah hidup.
Begitulah suratan Illahi.
Kau pergi untuk selamanya. Sesuai janjimu dengan Tuhanmu. Dulu ketika masih dalam kandungan. Kini saatnya engkau pergi.