Terbangun aku ketika cahaya mentari menerobos di sela pecahan genting di ujung kamarku. Cahayanya yang hangat menari di wajahku seakan untuk sekedar menyapa 'selamat pagi'.
Ku sibak tirai yang mulai usang itu. Usang ditelan oleh waktu detik demi detik. Pikiranku menerawang menembus jendela kamarku. Terbang mengitari langit biru. Menyentuh gambaran kelabu potret masa lalu.
Waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Hari demi hari lewat bagai kibasan mimpi. Masih terasa hangat dalam pikiranku. Seakan baru saja terjadi.
Aku masih merasakan sentuhan kasih sayangmu. Masih terekam jelas dalam sanubari. Dan menyelimutiku dikala tertidur lelap. Menimangku ketika aku kecil dulu.
Aku sadar. Aku tak bisa lagi merasakan hangat kasih sayangmu. Tak pernah ku jumpa lagi lembut tutur katamu tenangkan aku dikala resah. Dan doa-doa yang tak pernah putus sepanjang hari.
Rindu ini terasa terus mendera, dan menghunusku dengan ribuan torehan lara. Rasa sakitnya hingga ke relung hati. Perih seperti tersayat sembilu.
Aku hanya bisa berharap kelak berkumpul lagi di telaga Kausar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI