Tembang dalam bahasa Jawa juga disebut Sekar (krama). Pengertiannya adalah sebuah karya sastra yang disusun berdasar laras nada, juga terikat oleh patokan atau aturan-aturan seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
- Guru gatra : cacahing gatra saben sapada (jumlah bait dalam satu pada)
- Guru wilangan : cacahing wanda (suku kata) saben sagatra. (jumlah suku kata dalam satu baris)
- Guru lagu : tibaning swara ing pungkasaning gatra (vokal terakhir di akhir baria)
Tembang adalah hasil karya sastra yang sangat adiluhung. Didalam tembang penuh dengan nasihat-nasihat bijak dari para pinisepuh tentang budi pekerti, olah pikiran dan olah batin tentang makna dan hakikat hidup. Para sesepuh jaman dahulu selalu menghiasi dengan laku untuk menajamkan hatinya.
Baca juga: Selamat Jalan Sang Maestro, dari Penikmat Tembang Jawa yang Tidak "Sealiran" dengan Anda
Tembang dalam budaya Jawa ada 3 jenis yaitu:
1. Tembang Gedhe
Disebut juga tembang klasik. Tembang gedhe banyak digunakan sebagai bawa ataupun pembuka gendhing. Biasanya dinyanyikan dalam wayang dan sebaginya dan diiringi oleh gamelan sebagai pengiringnya. Contoh tembang gedhe :
- Kusumastuti, citramengeng, maduretna, tepikawuri, candrakusuma, dll
Baca juga: Lingsir Wengi: Kesalahan Paradigma terhadap Tembang Jawa
2. Tembang tengahan
Tembang tengahan disebut juga tembang madya. Jaman dahulu ditulis menggunakan aksara jawa dan menggunakan bahasa jawa baru. Contoh tembang tengahan :
- Balabak, girisa, juru demung, wirangrong.