Lihat ke Halaman Asli

teguh wiyono

guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Puisi | Aturan yang Terabaikan

Diperbarui: 14 April 2020   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.suara.com

Senja ini tidak seperti biasanya. Sang surya bersinar lantang di ujung barat. Menunggu saat tenggelam ke peraduannya.

Jalan ramai banyak orang berlalu lalang. Lewat setiap hari tanpa henti. Seakan tidak pernah ada wabah corona.  Adakah sadar dalam hati mereka sekarang sedang dalam karantina? 

Mereka adalah orang ramai, orang dalam kalangan bawah. Begitu mereka menyebutnya. Kalangan kebanyakan yang belum tentu paham akan kenyataan.

Ataukah mungkin pemerintah setempat yang tidak mengadakan sosialisasi? Ataukah mereka sendiri yang tak peduli atas keadaan ini? 

Entahlah. 

"Wah virus? denger mas, tapi ya gimana lagi wong kebutuhan juga banyak, beli ini beli itu ya harus keluar rumah. Nyatanya juga ngga pernah denger orang sini yang kena tuh", kalimat yang menohok.

"Tenang saja mas, tubuh kita itu punya imun yang bisa menyembuhkan virus dengan sendirinya. Saya udah sering kena flu ntar juga hilang sendiri". lebih menohok lagi.

Banyak pandangan mereka yang tidak memperdulikan virus. Hingga kesal harus mengedukasi mereka. Biarlah hanya alam yang akan menyadarkannya. 

Hari pun semakin gelap, lembayung di ufuk barat sudah mulai memudar. Surya pun sudah kembali ke peraduannya. Gelap menjemput menebar hingga ke ujung langit. Gelap lah yang membuat jalan menjadi semakin sepi.

Penulis : Teguh Wiyono

KBC-50




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline