Kelu lidahku untuk mengucap kata. Tak satu pun jua bisa terlintas untuk mengungkap gambaran kebaikanmu. Telah tercatat dalam sanubariku ini hingga tak kan terhapuskan. Aku bawa sampai ajalku menjemput.
Tak terhitung kasih sayang yang telah engkau curahkan, dari lubuk hatimu yang paling dalam. Hingga tak satupun dapat aku balas. Secuil pun aku tak sanggup.
Cucuran keringatmu hiasi hari-harimu bekerja sepanjang waktu. untuk suapi aku dengan rejekimu yang halal.
Wahai bunda, engkaulah pahlawanku. Setiap keringat yang mengalir adalah surga yang paling indah. Setiap deru nafasmu adalah cinta yang tulus. Terbungkuk-bungkuk hanya untuk pastikan aku tetap hidup.
Aku hanya hanya ingin bersujud sekali lagi di bawah kakimu. Aku hanya ingin membalas semua kebaikanmu. Aku hanya ingin membuatmu bahagia. Tapi semua itu sudah terlewat. Ibu sudah tiada.
KBC-50 Teguh Wiyono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H