Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Itulah sebabnya manusia tidak lepas dari pergaulan dengan lingkungannya. Lingkungan turut membesarkannya dan memberikan warna. Perilaku dalam lingkungan secara umum membentuk karakter pribadi manusia.
Walaupun begitu manusia memiliki hati nurani yang dapat digunakan sebagai filter atau penyaring tentang apa saja yang dinilai buruk. Karena walau bagaiamanapun dalam berinteraksi dengan lingkungannya kadang manusia mengalami gesekan sehingga terjadilah sebuah masalah.
Sebenarnya masalah tersebut tidaklah berarti apabila manusia masih berpegangan pada hati nurani dan etika. Tentunya etika tersebut memilah-milah dan dijadikan sebagai hukum tidak tertulis.
Manusia memiliki hasrat
Dalam budaya jawa manusia memiliki nafsu dasar. Nafsu yang selalu mendorong fikiran untuk menguasai apa saja yang bisa dikuasai. Termasuk dunia beserta isinya. Keberadaan nafsu tersebut dalam diri manusia adalah sebuah ujian.
Seberapa bisa manusia mengalahkan nafsunya, seberapa bisa menundukkan nafsunya. Sebab nafsu tersebut kadang tampak nyata dan kadang terselip tidak terlihat. Nafsu itu sesuatu yang jelek.
Emban cinde emban siladan
Emban mempunyai arti gendong atau digendong. Cinde artinya kain sutra, kain yang mahal atau sangat bagus. Siladan berarti kulit bambu yang disayat tipis yang sangat tajam, atau sembilu.
Jadi makna harfiahnya adalah digendong dengan menggunakan kain sutera dan digendong dengan menggunakan sembilu yang tajam dan bisa membuat terluka atau celaka.
Disini adalah sifat pilih kasih yang ada dalam diri manusia yang mana dia menghormati sedemikian rupa pada orang yang berpangkat atau orang yang dia sukai. Demi sebuah jabatan atau demi gengsi dan hawa nafsunya.
Sehingga jika dia sedang berhadapan dengan orang yang dia sukai maka apapun akan dituruti, dipuja-puja setinggi langit, bahkan tidak sungkan-sungkan menjilat, mencari muka. Ini adalah perilaku yang diskriminatif.