Lihat ke Halaman Asli

Teguh Wahyudi

Guru Produktif SMK, (Pensiunan PNS) Relawan Sosial Kemanusiaan Palang Merah Indonesia

Masjid Al Husain: Arus Balik antara Kebahagiaan dan Kesedihan

Diperbarui: 12 April 2024   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar:Detik Jatim 07 Apr 2024

       Saya lahir di desa Trucuk Kecamatan Kota Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Desa Trucuk adalah sebuah desa yang dilewati aliran sungai Bengawan solo yang mempunyai hulu di Solo dan gunung kidul Jawa tengah dan hilirnya di Ujung pangkah Gresik Jawa timur,  Bengawan solo adalah sungai tempat  bermain dan berenang  saya sejak kecil. Saya mengenal istilah mudik  bila kita berenang melawan arus, atau perahu yang berjalan melawan arus di pinggir sungai, tanpa kita sadari mudik  yang kita lakukan di sungai adalah  berjalan ke arah Hulu sungai. Selanjutnya menurut Wikipedia Mudik adalah kegiatan seseorang perantau atau pekerja migran untuk pulang ke kampung halamannya. Dan Arus Balik adalah kembalinya  pekerja migran ke kota atau daerah tertentu dimana ia bekerja.

sumber gambar: Doomumen Masjid Al Husain

Seseorang yang akan mudik, mudik Idul Fitri misalnya sangat antusias dan bersemangat  sekali, karena kita berharap  akan bertemu dengan orang tua, keluarga, teman dan sahabat di kampung,  berharap bertemu dengan teman-teman masa kecil, masa remaja atau teman masa sekolah. Orang yang akan mudik   mempersiapkan diri dengan berbagai perbekalan dengan suka cita, bahkan telah dipersiapkan satu tahun sebelum mudik.

sumber gambar: Domumen Masjid Al Husain

Sesampai ditempat tujuan mudik yaitu di kampung halaman kita bisa bertemu dengan orang tua saudara atau kerabat, bersilaturahmi dengan teman- teman sebaya atau keluarga. Menjelang sholat Idul Fitri para ibu-ibu pada memasak membuat ketupat dan lontong, memasak sayur dan lauk pauk ciri khas Hari Raya Idul fitri. Pada saat selesai menunaikan Ibadah  Sholat Idul Fitri di kampung , di pagi hari kita biasanya makan ketupat dan opor ayam dan aneka masakan ciri khas hari raya bersama keluarga, selanjutnya kita bisa melaksanakan bersalaman-salaman dengan tetangga dan handai taulan dengan berbahagia serta bersuka cita .

sumber gambar: Dokumen Masjid Al Husain

Setelah berbagai ritual Idul Fitri selesai, tentunya kita harus balik lagi karena untuk menunaikan tugas dan kewajiban kita mencari nafkah di  rantau (walaupun sudah bermukim  dan berkeluarga sampai mempunyai cucu selama puluhan tahun di rantau tetap menganggap ia orang rantau yang selalu rindu kampung halaman), maka haruslah mempersiapkan diri untuk balik ke kota kembali bekerja. Persiapan balik ini berbeda dengan persiapan mudik yang penuh suka cita, persiapan balik ini dilakukan dengan kesedian, sedih akan meninggalkan kampung halamannya, sedih berpisah dengan orang tua dan handai taulan, sedih akan berpisah dengan teman-teman sebaya atau teman-teman sepermainan, ia harus balik karena tuntutan pekerjaan, tuntutan kebutuhan  hidup yang dikampung tidak diperoleh.

Hikmah yang dipetik niatkan mudik dengan ikhlas karena Allah SWT, bersilaturahmi karena Allah berbagilah d kampung juga karena Allah SWT, in syaa Allah menjadikan kebaikan dan keberkahan,  dan kembalilah ke rantau lagi juga karena ibadah pada Allah SWT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline