Lihat ke Halaman Asli

Teguh Wahyudi

Guru Produktif SMK, (Pensiunan PNS) Relawan Sosial Kemanusiaan Palang Merah Indonesia

Berpikir Tingkat Tinggi dalam Kurikulum 2013

Diperbarui: 28 Februari 2024   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suber: Inovasi 30 September 220

Kritik Nadiem Makarim di awal menjabat Kemendikbud Ristek   terhadap Kurikulum 2013 (k13) adalah "K13 hanya menekankan pada aspek pengetahuan, dan anak-anak hanya di suruh me recall saja". Sebuah kritik yang kurang  bertanggung jawab, karena  sang pengkritik belum paham betul secara mendalam dengan K13, padahal kalau dipahami betul K13 di dalam nya terdapat bagaimana guru mengajarkan keterampilan berpikir tingkat tinggi "High Order thinking skills" (HOTS) kepada siswa

Berpikir tingkat tinggi  tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan. Robyn Collins 2014 (Electronic Journal for Leader in Educational Issue: Volume 12 Issue 14 Articles} mengidentifikasi definisi berpikir tingkat tinggi ke dalam tiga kategori: (1) pola berpikir tingkat tinggi dalam hal transfer (2). berpikir kritis (3)Pemecahan Masalah Transfer , belajar tidak sekedar mengingat melainkan adanya sebuah perpindahan fakta konsep, prosedur untuk dipahami dan dilaksanakan dalam situasi baru

Berpikir Kritis (1) Tujuan siswa dapat menerapkan penilaian secara bijaksana atau menghasilkan kritik yang mempunyai dasar (alasan) (2) Manfaat:untuk membekali siswa agar menjadi bijaksana dengan membimbing mereka menuju bagaimana membuat keputusan yang baik dan bijaksana . (3) Keterampilan perlu diajarkan pada siswa : melakukan hal ini mencakup: kemampuan untuk menilai kredibilitas sumber; mengidentifikasi asumsi, generalisasi dan bias; mengidentifikasi konotasi dalam penggunaan bahasa; memahami tujuan dari teks tertulis atau lisan; mengidentifikasi penonton; dan untuk membuat penilaian kritis tentang efektivitas relatif dari berbagai strategi yang digunakan untuk memenuhi tujuan Pemecahan Masalah Brookhart ,memberikan definisi sebagai berikut: Seorang siswa mempunyai masalah ketika ingin mencapai hasil atau tujuan tertentu. tidak secara otomatis mengenali jalur yang tepat atau solusi untuk mencapai nya Masalah Masalah yang harus diselesaikan adalah bagaimana untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Gradasi berpikir menurut Benyamin S  Bloom

Penerapan Penilaian HOTS pada K13 (1). Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Oleh karena itu guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. (2). Menyusun kisi-kisi soal Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif. (3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual. Stimulus yang digunakan hendaknya menarik dan kontekstual, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. 

Stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. (4). Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.dan setiap butir soal ditulis pada kartu soal. (5). Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian, sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda

Keterkatian Dimensi pengetahuan dengan domain pengetahuan (K13 Direktorat Psmk)

Yang seharusnya dilakukan mas Nadin adalah bagaimana menyempurnakan K13, bukan merubah dengan menghabiskan banyak uang negara, permasalahan pendidikan di indonesia adalah bagaimana melengkapi laboratorium sarana praktek, perpustakaan, karena guru mengajar pembelajaran pada aspek keterampilan tanpa didukung peralatan dan bahan praktek tujuan pembelajaran tidak akan mencapai tujuan. Begitu juga bila satuan pendidikan tidak dilengkapi perpustakaan (baik digital maupun konvensional) maka anak kurang bisa mengelaborasi  dalam penguasaan isi pembelajaran.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline