Pemikiran Pendidikan Karakter dari waktu ke waktu, Soekarno memiliki tesis bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai dengan cara revolusi, dan revolusi akan berhasil jika ditopang oleh nasionalisme. Soeharto mencanangkan pendidikan karakter dengan Gerakan Disiplin Nasional; BJ. Habibie, pendidikan karakter dengan menguatkan Iman dan Taqwa (Imtaq) serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek); Gus Dur memiliki konsep tentang pendidikan karakter dengan mengedepankan moralitas; Megawati Pembangunan Karakter harus berbasis Pancasila; Susilo Bambang Yudoyono, Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa; Joko Widodo Program pendidikan kaakter denga Revolusi mental.
Dari waktu ke waktu kepemimpinan nasional pendidikan karakter telah di canangkan dengan berbagai program Pemerintah antara lain: (1) Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar melalui Inpres No. 1 tahun 1994; (2) Program Wajib Belajar 9 Tahun yang tercantum dalam peraturan pemerintah No. 47 tahun tahun 2008; (3) Wajib Belajar 12 Tahun atau yang lebih dikenal dengan Pendidikan Menengah Universal (dianulir), (4) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Perpres nomor 87 tahun 2017.
Secara formal pelaksanaan program-program tersebut dinyatakan berhasil, namun kenyataannya belum mampu menyentuh esensi pendidikan bangsa Indonesia, persoalan disiplin masyarakat kita dalam berbangsa dan bernegara masih jauh dari harapan, seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara bahwa kehidupan masyarakat saat ini adalah buah pendidikan yang kita peroleh di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H