Lihat ke Halaman Asli

Teguh Subrata S.IP

Open mind for a different view.

Filosofi Jendela

Diperbarui: 28 Februari 2020   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak benda di sekitar kita, tanpa kita sadari memiliki makna kehidupan tersirat di dalamnya. Mungkin saja benar apa yang dikatakan Martin L. Gross dalam bukunya a call for revolution, bahwa manusia (zaman sekarang) sudah jauh dari filsafat. Sebuah tamparan bagi kaum politik yang hanya mengejar kekuasaan tanpa memperhatikan esensi dari asal usul politik.

J. Ranciere pernah mengatakan bahwa politik yang diartikan hanya sebagai upaya meraih kekuasaan sama saja telah menihilkan arti politik itu sendiri. Politik hadir sebagai konsekuensi atas kehidupan bersama, bukan hanya kekuasaan para segelintir elit. Jendela merupakan hal sepele dalam unsur kehidupan kita. Namun penting untuk dipahami bahwa jendela merupakan refleksi diri untuk mengingatkan kita pentingnya membuka pikiran dan wawasan, terutama manusia sebagai makhluk yang katanya berbudaya.

Pahami aspek eksternal kehidupan manusia lain, jangan hanya ego yang dimunculkan dengan menutup rapat-rapat pemikiran dan menolak sanggahan yang dianalogikan bak udara segar yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Agaknya elit politik saat ini lupa bahwa kritikan itu penting demi menyehatkan kondisi demokrasi negara ini, seperti jendela yang befungsi untuk melihat situasi kehidupan di luar dan sekaligus membuka celah udara segar dari luar. Ya, jendela adalah kesatuan pikiran yang perlu dipahami maknanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline